REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana mengatakan salah satu tantangan penyaluran B20 adalah sistem logistik. Ia mengatakan, persoalan sistem logistik ini masih akan terus dibenahi oleh pemerintah hingga penyaluran dan pasokan berjalan lancar.
Persoalan sistem logistik yang dimaksud salah satunya adalah masa tunggu kapal dalam bongkar muat dan akses kapal yang diperlukan oleh para perusahaan produsen Fatty Acid Methyl Ester (FAME). Ia mengatakan, masa tunggu bongkar muat di pelabuhan tak jarang membutuhkan waktu sampai 14 hari.
"Ini yang buat jadi terlambat. Padahal mereka sudah kirim, dan Pertamina mempertanyakan pasokan. Jadi memang kita sulit untuk menjatuhkan sanksi siapa yang salah," ujar Rida di Kantornya, Jumat (26/10).
Belum lagi, kata Rida, mayoritas para perusahaan FAME berada di Sumatera. Sedangkan, penyaluran bisa sampai ke seluruh Indonesia, bergantung letak kilang blending yang dimiliki Pertamina. Jarak dan lama tunggu pelabuhan menjadi persoalan selama ini.
"Produsen biodiesel kebanyakan di Sumatera, harus sebar ke seluruh nusantara. Untuk Pertamina saja yang tadinya 86 titik dikurangi jadi 10 titik," ujar Rida.
Selain itu, sistem logistik juga erat kaitannya dengan kondisi cuaca, kata Rida. Untuk menyalurkan ke TBBM Pertamina yang ada di wilayah kecil, membutuhkan kapal-kapal kecil. Tantangan ombak dan cuaca laut menjadi persoalan tersendiri.
"Tiga hal ini masih hambat lancarnya program B20, kami sepakat pola ini lebih banyak efektif dan ini paling lambat 1 januari untuk 2019 itu harus sudah di bawah konfigurasi ini. Pertamina hanya menyediakan 10 titik yang didatangi oleh FAME," ujar Rida.
Hingga 22 Oktober 2018, realisasi serapan B20 sudah mencapai 2,42 juta kiloliter. Padahal, target yang dipasang pemerintah pada tahun ini mencapai 3,92 juta kiloliter.
"Kami akui, program B20 belum optimum tapi bisa klaim bahwa pelaksanaan better. Halnya betul ada di logistik salah satunya. Karena dari sisi produksi sudah ada cukup, penerimaan relatively siap," ujar Rida.
Baca juga, Sektor EBT Setor Penerimaan Negara Rp 1,1 Triliun