REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyatakan permasalahan banjir di wilayah Jakarta tidak hanya dari hulu. Namun, disebabkan dari pengelolaan hilir sehingga perlu membangun tanggul laut.
"Jakarta ini masalahnya banjir yang tidak hanya akibat air dari hulu, melainkan juga air dari hilirnya," kata Dirjen Sumber Daya Air Hari Suprayogi dalam rilis di Jakarta, Jumat (19/10).
Menurut Hari, pada saat ini progres pembangunan tanggul laut telah mencapai sekitar 80 persen. Selain itu, ujar dia, proyek pembangunan tersebut juga menjadi titik percontohan karena dilengkapi taman dan jalan inspeksi sehingga menambah ruang terbuka hijau di Ibu Kota.
Sebagaimana diketahui, Kementerian PUPR tengah membangun tanggul laut sepanjang 4,5 kilometer yang berada di dua titik yakni, Muara Baru sepanjang 2,3 km dan Kali Baru sepanjang 2,2 km. Proyek Tanggul Laut yang merupakan proyek strategis nasional (PSN) sebagai bagian dari rencana induk penanganan banjir dan penurunan muka air tanah di Jakarta.
Kehadiran tanggul ini dinilai akan mengurangi potensi abrasi di pesisir jakarta, mencegah banjir rob yang terjadi hampir setiap saat ketika air laut pasang di titik Jakarta Utara, dan upaya penataan kawasan pesisir utara Jakarta.
Sebelumnya, Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melakukan aksi bersih-bersih di Kanal Banjir Timur (KBT), Jakarta Timur sebagai rangkaian perayaan Hari Habitat Dunia.
Kepala BBWSCC Bambang Hidayah dalam siaran persnya di Jakarta, Selasa (2/10), memaparkan, kegiatan ini dilakukan di seluruh wilayah Indonesia untuk menyambut Hari Habitat Dunia dan Hari Kota Dunia 2018 yang diperingati setiap Senin di pekan pertama Oktober. Kegiatan tersebut, lanjutnya, mengangkat tema "Bersih Lingkunganku, Bening Airku, Tangguh Kotaku".
"Pada tahun 2018, peringatan Hari Habitat Dunia di Indonesia akan dilaksanakan melalui berbagai acara termasuk salah satunya Kegiatan Gerakan Indonesia Bersih yang dilaksanakan serentak di seluruh kabupaten dan kota mulai 28 September-3 Oktober 2018," kata Bambang.
Ia juga menuturkan, awalnya direncanakan acara puncak Hari Habitat Dunia di Indonesia akan diselenggarakan di Kota Palu pada 30 September-3 Oktober 2018. Namun karena adanya tragedi gempa dan tsunami, maka kegiatan tersebut harus dibatalkan.
Bambang mengatakan, kegiatan bersih-bersih ini bisa dilakukan di sungai, embung, situ dan lainnya. "Dengan kegiatan ini kami berharap masyarakat bisa ikut peduli terhadap lingkungan dan dapat menjadi upaya dukungan mengurangi limbah padat sebagai bentuk konkret menjaga keseimbangan lingkungan," ujarnya.