Ahad 07 Oct 2018 18:59 WIB

Papua Barat akan Tingkatkan Ekonomi Kerakyatan

Komoditas kentang, kol juga kopi jadi tiga komoditas yang bisa dikembangkan.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolanda
Petani memanen kentang granola.
Foto: ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
Petani memanen kentang granola.

REPUBLIKA.CO.ID, MANOKWARI -- Sekertaris Daerah Provinsi Papua Barat, Nataniel Mandacan mengatakan ada banyak potensi ekonomi yang sebenarnya bisa dikembangkan di Provinsi Papua Barat. Rencana pengembangan potensi ekonomi yang berbasis masyarakat ini menjadi salah satu poin penting dalam rancangan peraturan daerah tentang Provinsi Berkelanjutan.

Nataniel menjelaskan, selama ini, industri tumbuh subur di Papua Barat. Baru-baru ini, pemerintah provinsi bekerja sama dengan investor untuk mengembangkan industri semen. Selain industri semen, Nataniel mengatakan, di teluk Bintuni sudah ada BP Tangguh yang memang mengolah cadangan gas. 

Namun, menurut Nataniel, hal ini tidak mencukupi. Sebab, perkembangan industri ternyata tidak terlalu berdampak pada masyarakat.

"Tapi itu yang besa-besar. Tapi yang kita dorong itu yang langsung rakyat ada kemajuan itu pertanian dan perkebunan. Rakyat kami ini banyak yang berkebun," ujar Nataniel di Kantor Gubernur Papua Barat, Ahad (7/10).

Nataniel menjelaskan perkebunan di daerah Papua barat cukup potensial. Meski memang, kata Nataniel pembinaan masyarakat dalam tata kelola perkebunan juga masih perlu dikawal.

Komoditas kentang, kol juga kopi, kata Nataniel, menjadi tiga komoditas yang bisa dikembangkan di Papua Barat. Hal ini diharapkan bisa mengangkat perekonomian masyarakat.

"Mereka itu berkebun menggunakan pupuk alami. Hasil panennya juga lumayan, tapi masih dalam lingkup keluarga, ini perlu ditata agar bisa menjadi ekonomi berkelanjutan," ujar Nataniel.

Nataniel mengatakan saat ini Indeks Pembangunan Manusia Papua Barat baru berada di peringkat ke-31. Dengan penguatan perekonomian rakyat maka indeks pembangunan manusia bisa naik.

"Harapannya bisa tumbuh lima sampai tujuh persen dari perkembangan ekonomi kreatif. Tidak mengorbankan pohon, tapi dari hutan tetap hijau tapi ada pertumbuhan ekonomi. Memang butuh waktu dan kearifan masyarakat," ujar Nataniel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement