Senin 01 Oct 2018 12:31 WIB

BPS: Terjadi Deflasi 0,18 Persen pada September

Harga bahan makanan memicu terjadinya deflasi pada September lalu.

Deflasi (ilustrasi)
Deflasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada September 2018 terjadi deflasi 0,18 persen. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, turunnya harga bahan makanan menjadi penyebab terjadinya deflasi pada September 2018.

"Terjadi deflasi karena harga beberapa bahan makanan menurun," kata Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (1/10).

Suhariyanto menyatakan, kelompok bahan makanan dalam periode ini menyumbang deflasi sebesar 1,62 persen karena harga-harga komoditas tercatat mengalami penurunan. Bahan makanan yang menyumbang deflasi, antara lain, daging ayam ras 0,13 persen, bawang merah 0,05 persen, ikan segar 0,04 persen, telur ayam ras 0,03 persen, cabai rawit 0,02 persen, dan komoditas sayuran 0,01 persen.

Kelompok lainnya yang mengalami deflasi adalah kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,05 persen akibat turunnya tarif angkutan udara. "Kelompok transportasi memberikan deflasi karena terjadi penurunan tarif angkutan udara di 82 kota, setelah puncaknya pada Ramadhan dan Lebaran, kecuali di Bengkulu," ujarnya.

Meski demikian, Suhariyanto memastikan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga masih mengalami inflasi tinggi pada September 2018 sebesar 0,54 persen. "Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga ini dipengaruhi oleh kenaikan uang kuliah akademi dan perguruan tinggi," katanya.

Kelompok lainnya yang mengalami inflasi adalah kelompok kesehatan 0,41 persen, kelompok sandang 0,27 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,29 persen, dan kelompok perumahan, air, listrik, gas, serta bahan bakar 0,21 persen.

Dengan September tercatat deflasi, tingkat inflasi tahun kalender Januari-September 2018 sebesar 1,94 persen dan inflasi tahun ke tahun (yoy) mencapai 2,88 persen.

Dari 82 kota Indeks Harga Konsumen, tercatat sebanyak 66 kota menyumbang deflasi dan 16 kota masih mengalami inflasi. Deflasi rendah terjadi di Pare sebesar 1,59 persen, sedangkan deflasi rendah terjadi di Tegal, Singkawang, Samarinda, dan Ternate masing-masing 0,01 persen.

Sementara itu, inflasi tinggi terjadi di Bengkulu, yaitu 0,59 persen dan inflasi rendah terjadi di Bungo sebesar 0,01 persen. "Inflasi tinggi di Bengkulu terjadi karena adanya kenaikan tarif angkutan udara. Penyebabnya ada penyelenggaraan festival sehingga permintaan angkutan udara meningkat," kata Suhariyanto.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement