Rabu 26 Sep 2018 01:51 WIB

Cina: Sulit Berkompromi dengan AS Soal Perdagangan

Pembicaraan tidak dapat dilakukan dengan latar belakang ancaman dan tekanan

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Budi Raharjo
Perang dagang AS dengan Cina
Foto: republika
Perang dagang AS dengan Cina

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Seorang pejabat senior Cina mengatakan pada hari Selasa (25/9) bahwa sulit untuk melanjutkan pembicaraan perdagangan dengan Amerika Serikat jika Washington masih memberi tekanan pada perdagangan Cina. Pernyataan ini dikatakan sehari setelah kedua pihak menambah tarif baru atas barang-barang ekspor satu sama lain.

Wakil Menteri Perdagangan Cina, Wang Shouwen mengatakan pada konferensi pers bahwa ketika pembicaraan mengenai perdagangan dapat dimulai kembali akan tergantung pada kehendak AS.

Secara terpisah, diplomat top pemerintah Cina mengatakan kepada para pengusaha pada pertemuan di New York bahwa pembicaraan tidak dapat dilakukan dengan latar belakang ancaman dan tekanan, kata Kementerian Luar Negeri Cina.

Penasihat Negara Wang Yi, seperti ditulis reuters, mengatakan bahwa pasukan tertentu di AS juga telah membuat kritik tanpa dasar terhadap Cina tentang masalah perdagangan dan keamanan, yang telah meracuni atmosfer untuk hubungan Cina-AS dan sangat tidak bertanggung jawab.

“Jika ini terus berlanjut, itu akan menghancurkan seketika keuntungan dari hubungan Cina - AS empat dekade terakhir," kata Wang kepada anggota Dewan Bisnis AS-Cina dan Komite Nasional Hubungan AS-Cina.

Perwakilan AS di sana termasuk co-founder dan Chief Executive Blackstone Group LP Stephen Schwarzman dan Chief Executive Mastercard Inc Ajay Banga, kata Komite Nasional Hubungan AS-Cina di situs webnya.

Baik Washington maupun Beijing tampaknya tidak ingin berkompromi dalam perselisihan perdagangan yang semakin sengit. Hal ini meningkatkan risiko pertempuran panjang yang dapat meredam investasi dan mengganggu perdagangan global.

Tarif AS atas barang-barang Cina senilai 200 miliar dolar AS dan pajak balasan oleh Beijing senilai 60 miliar dolar produk AS, termasuk gas alam cair (LNG) yang terdampak pada hari Senin (24/9) karena perselisihan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia meningkat. Hal ini mengkhawatirkan pasar keuangan global dan berdampak kepada saham Asia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement