REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro mengatakan, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020-2024 bisa mencapai 5,7 persen. Hal itu merupakan proyeksi arah pertumbuhan ekonomi dalam skenario moderat.
Dalam rentang waktu tersebut, proyeksi pertumbuhan ekonomi terendah adalah sebesar 5,4 persen dan tertinggi di level 6 persen. "Dalam skenario moderat, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020-2024 rata-ratanya yakni 5,7 persen. Sementara, asumsi inflasi terjaga berkisar 3 hingga 3,5 persen," kata Bambang di kantor KPU, Jakarta pada Selasa (25/9).
Bambang memerinci, tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut dapat dicapai jika rata-rata pertumbuhan konsumsi rumah tangga berkisar 5,21 hingga 5,37 persen. Kemudian, investasi bisa tumbuh 7,45 hingga 8,25 persen; ekspor tumbuh 6,75 hingga 7,6 persen; impor tumbuh 7,56 hingga 8 persen; dan belanja pemerintah 3,28 hingga 4,1 persen.
"Tentunya hitungan ini berdasarkan potensi suplai mesin ekonomi kita," kata Bambang.
Paparan tersebut merupakan rancangan teknokratik dari Bappenas yang diajukan untuk menjadi acuan dalam perhelatan Pilpres 2019. Sesuai ketentuan UU Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, visi misi seluruh kandidat harus mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN).
Salah satu sasaran pokok di dalamnya yakni pendapatan per kapita Indonesia setara dengan negara berpendapatan menengah ke atas pada 2025. Kemudian, tingkat pengangguran dan jumlah masyarakat miskin tidak lebih dari 5 persen.
Untuk diketahui, saat ini tingkat kemiskinan di Indonesia berdasarkan data BPS per Maret 2018 adalah sebesar 9,82 persen. Sementara, tingkat pengangguran mencapai 5,13 persen dan rasio gini sebesar 0,389.
Dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2019 ditetapkan target tingkat kemiskinan 8,5 hingga 9,5 persen; tingkat pengangguran 4,8 hingga 5,2 persen; dan rasio gini 0,38-0,39. Sementara, proyeksi target indikatif pembangunan 2020-2024 untuk tingkat kemiskinan berkisar 5 hingga 5,7 persen; penganggurang berkisar 4 hingga 4,6 persen; dan rasio gini 0,371 hingga 0,373.
Bambang mengatakan, proyeksi tersebut realistis untuk dicapai pada akhir periode pemerintahan selanjutnya. "Yang penting kebijakannya harus benar. Bagaimana memerangi kemiskinan, bagaimana menjaga kelompok rentan miskin. Jadi harus ada upaya kebijakan supaya target tercapai," katanya.