Selasa 25 Sep 2018 16:30 WIB

24 Daerah di Indonesia Ini Miliki Potensi PLTB

Ada sekitar 1.725 MW proyek PLTB yang dikembangkan di Indonesia

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Beberapa turbin proyek Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap di wilayah perbukitan Pabbaresseng, Desa Mattirotasi, Kecamatan Watang Pulu, Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan. ilustrasi
Foto: dok PLN
Beberapa turbin proyek Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap di wilayah perbukitan Pabbaresseng, Desa Mattirotasi, Kecamatan Watang Pulu, Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Optimisme tercapainya target pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) makin tumbuh. Hal ini ditandai dengan digarapnya 1.725 megawatt (MW) atau 1,7 gigawatt (GW) proyek pembangkit listrik tenaga angin atau bayu (PLTB) di berbagai wilayah Indonesia.

Terdapat 24 proyek PLTB di beberapa lokasi potensial yang sedang dilakukan pengembangan oleh para pengembang listrik swasta atau Independent Power Producer (IPP) termasuk PLTB Sidrap 75 MW yang telah diresmikan 2 Juli 2018 lalu.

Selain PLTB Sidrap tersebut, terdapat 23 proyek PLTB lainnya baik yang sedang tahap konstruksi, proses negosiasi untuk Power Purchase Agreement (PPA), Feasibility Study (FS), Pengukuran maupun masih tahap rencana.

"Ada sekitar 1.725 MW proyek PLTB yang dikembangkan. Mulai dari tahap rencana hingga tahap konstruksi seperti PLTB Tolo dan telah beroperasi seperti PLTB Sidrap 75 MW," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi, Selasa (25/9).

Lokasi dari berbagai proyek PLTB tersebut antara lain Jeneponto (72 MW) yang sudah kontruksi dan Sukabumi (10 MW) yang dalam tahap negosiasi PPA.

Sementara itu, yang dalam tahap FS, penguruan maupun rencana antara lain Sukabumi (170 MW), Lebak dan Pandeglang (masing-masing 150 MW) di Banten, Tanah Laut (90 MW) di Kalimantan Timur, Jeneponto (175 MW), Sidrap Phase II (75 MW), Sidrap Phase III (200 MW), Selayar (5 MW) di Sulawesi Selatan, Buton (15 MW) di Sulawesi Tenggara, Kupang (2X10 MW), Sumba Timur (3 MW) di Nusa Tenggara Timur serta Ambon (15 MW), Kei Kecil (5 MW), dan Saumlaki (5 MW) di Maluku, Gunung Kidul (10 MW) di Yogyakarta, Belitung Timur (10), Garut (10 MW) dan Timor Tengah Selatan (20 MW) serta Bantul (50 MW).

Lebih lanjut, Agung mengungkapkan ketertarikan para investor swasta menggarap potensi angin sebagai ladang bisnis EBT menandakan semakin kompetitifnya usaha EBT di Indonesia. "Peningkatan tata kelola seperti penyesuian regulasi memudahkan investor menamkan sahamnya di sektor EBT. Kami percaya kondisi ini memudahkan kami menggenjot target bauran energi 23 persen yang berasal dari EBT pada 2025 mendatang," jelas Agung.

Pemerintah berkomitmen akan mengutamakan pengembangan sumber energi primer yang ada di setiap wilayah. "Setiap wilayah menggunakan sumber energi primer yang dimiliki. Sulawesi Selatan, misalnya, tak memiliki geothermal, tetapi ada angin dan air," ujar Menteri ESDM Ignasius Jonan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement