REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Beberapa pengusaha Cina tetap bersedia mengambil risiko untuk mengimpor kedelai dari Amerika Serikat di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat. Dilansir di Reuters, Jumat (21/9), tindakan ini dikarenakan biji-bijian asal Amerika dikenal dengan harganya yang murah.
Lalu lintas biji-bijian dari Amerika ke Cina hampir terhenti karena Beijing menetapkan bea masuk hingga 50 miliar dolar AS untuk produk impor dari Amerika. Penetapan tarif yang besar ini sebagai pembalasan atas tindakan serupa oleh pemerintahan Presiden Amerika Donald Trump.
Di tengah perang dagang antar kedua negara, kapal induk Ultra Panther tetap dijadwalkan akan tiba di Cina bagian selatan. Sementara itu, menurut data pengiriman Thomson Reuters Eikon, Elsa S siap mendarat di pelabuhan Qingdao, Provinsi Shandong pada Rabu (26/9).
Pembeli kedelai yang biasa digunakan untuk pakan ternak dan minyak masak ini belum diketahui sampai sekarang. Kemungkinan, kargo telah dipesan sebelum tarif impor diberlakukan.
Tapi, pengiriman ini tetap menarik perhatian di antara para pedagang yang telah mencoret Amerika dari daftar negara impor. "Siapapun yang membeli kargo ini benar-benar berani. Kami tidak akan berani membeli dari Amerika dengan kondisi sekarang," tutur seorang pedagang.
Kedelai telah menjadi pusat perhatian dalam perang dagang dua negara ekonomi terbesar ini. Sebab, Cina diketahui menargetkan produk-produk yang diproduksi di negara-negara bagian seperti Iowa yang sudah memilih Trump sebagai presiden dalam Pemilihan Presiden 2016. Salah satu produk yang dihasilkan adalah kedelai.
Selain di Iowa, kedelai juga tumbuh di Nebraska. Kedelai dikenal sebagai komoditasa ekspor pertanian Amerika terbesar ke Cina. Pada tahun lalu, nilai ekspor kedelai dari Amerika ke Cina mencapai 12,7 miliar dolar AS.