REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memutuskan untuk melelang Blok West Kampar. Blok yang sebelumnya dikelola oleh PT Sumatera Persada Energi (SPE) ini ternyata pailit.
Masa kontrak Blok West Kampar akan berakhir pada 2035. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Djoko Siswanto menjelaskan keputusan pemerintah akhirnya melelang Blok ini karena sejak 27 Maret 2017 sudah tidak berproduksi lagi. Terakhir, pada Maret tersebut produksi Blok ini hanya 112 barel per hari.
Blok ini juga tercatat masih memiliki utang sebesar Rp 1,3 triliun. Karena hal ini, maka pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri Nomor 2974/12/MEM.M/2018 tertanggal 15 Agustus 2018 memutuskan Blok West Kampar merupakan Blok Terminasi.
"Sebenarnya potensi Blok ini besar, tapi perusahaan ada masalah sehingga dinyatakan pailit oleh pengadilan. Operatornya gak serius. Daripada kelamaan gak keurus, kita lelang aja supaya produksinya juga tetap bisa bermanfaat," ujar Djoko di Kementerian ESDM, Rabu (19/9).
Blok West Kampar ini kemudian kata Djoksis jadwal lelangnya digabung bersama enam blok lainnya yang habis masa kontraknya pada 2021 mendatang. Penutupan lelang dari blok blok ini pada 12 Oktober mendatang.
Djoko menjelaskan, Blok West Kampar masih mempunyai potensi sebesar 8 juta barel. Hal ini didapat dari 20 titik potensi cadangan yang masih bisa dieksplorasi kedepannya.
Dari Blok West Kampar ini, kata Djoko, pemerintah mematok signature bonus sebesar 5 juta dolar AS. Selain itu, perusahaan yang berminat wajib melakukan GnG dan seismik 3D sepanjang 400 kilometer.
Dengan memasukan Blok ini ke lelang, maka pemerintah berharap produksi Blok ini akan mencapai 1.000 barel per hari. "Ya, harapannya kalau sudah dilelang gini, jika ada peminat, maka bisa meningkatkan produksi," ujar Djoko.