Jumat 14 Sep 2018 23:41 WIB

Potensi Ekonomi Kreatif Perlu Dikembangkan

Potensi ini dinilai relevan dengan peningkatan jumlah SDA yang berusia muda.

Peserta pameran Ekonomi Kreatif Rusunawa Jakarta (E-Kerja) menata hasil kerajinan ketika mengikuti pameran di Gedung Blok G, Balaikota Jakarta, Rabu (26/4).
Foto: Republika/Prayogi
Peserta pameran Ekonomi Kreatif Rusunawa Jakarta (E-Kerja) menata hasil kerajinan ketika mengikuti pameran di Gedung Blok G, Balaikota Jakarta, Rabu (26/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Potensi ekonomi kreatif dan ekonomi digital perlu dikembangkan. Potensi ini dinilai relevan dengan peningkatan jumlah sumber daya manusia (SDA) yang rata-rata berusia muda.

Direktur Eksekutif IPR, Ujang Komarudin mengatakan, kehadiran Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) sudah tepat. Bekraf ini penting untuk mengakomodasi potensi milenial di Indonesia yang jumlahnya tidak sedikit.

"Tinggal dikembangkan dan dijalankan dengan baik ke depannya,” kata pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia itu dalam Diskusi Publik dengan tema “Mengintip Visi-Misi Capres dan Cawapres” di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (14/9 2018).

Menurutnya, potensi ini menjadi sangat penting karena visi dan misi pemimpin akan menunjukkan arah pembangunan nasional agar Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam (SDA) tidak dikelola dengan keliru.

"Inilah yang harus diutamakan oleh Jokowi-Ma’ruf dan Prabowo-Sandi dalam berkompetisi sebagai capres dan cawapres, bukan hal yang tidak produktif,” kata Ujang dalam siaran.

Untuk itu, Ujang mengingatkan pada kedua pasang calon tersebut agar membuat visi-misi yang baik, terarah dan terukur untuk pembangunan nasional di segala bidang. Ujang pun menyoroti potensi ekonomi kreatif dan ekonomi digital yang menurutnya dapat dikembangkan oleh capres dan cawapres menjadi program saat memimpin Indonesia.

Jika capres dan cawapres mampu meramu ekonomi kreatif dan ekonomi digital dalam visi-misinya, menurut Ujang, bukan tidak mungkin hal tersebut dapat merebut perhatian kaum milenial yang memiliki suara sekitar 40 persen di Pilpres 2019. “Ekonomi kreatif dan ekonomi digital sasaran utamanya adalah generasi muda,” ujar dia.

Pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing mengatakan, visi-misi yang harus diutamakan oleh pasangan capres-cawapres salah satunya adalah masalah pendidikan. Pendidikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan pemerintah karena hal itulah yang membentuk karakter anak bangsa.

“Program wajib belajar 12 tahun menurut saya harus diutamakan dan harus diwujudkan, demi meningkatkan kualitas anak bangsa,” kata Emrus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement