Selasa 04 Sep 2018 18:10 WIB

Pertanian Perkotaan Ibu Kota Menarik Perhatian Dunia

Tren terutama di kota-kota yang padat dan sibuk termasuk Jakarta.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Gita Amanda
Urban Farming
Urban Farming

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tren pertanian perkotaan atau yang lebih dikenal dengan istilah urban farming terus menyebar ke banyak negara di berbagai belahan dunia. Terutama di kota-kota yang padat dan sibuk termasuk Jakarta.

Program Pertanian Perkotaan yang dilakukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta bahkan mendapatkan perhatian dunia. Sedikitnya 23 peserta The 2nd International Summer Course Program 2018 tertarik mempelajari urban farming di sejumlah lokasi ibu kota.

Mereka di antaranya berasal dari kalangan dosen dan mahasiswa University Putera Malaysia (UPM), Seoul National University Korea (SNUK), Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Rombongan dijadwalkan mengunjungi Gang Hijau Jalih, Gang Hijau Asmat, serta RPTRA Manunggal Pesanggrahan, Jakarta Selatan.

"Kami berharap kunjungan tersebut dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam pemanfaatan lahan tidur dan ruang yang ada untuk penghijauan”, ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kelautan dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta Darjamuni dalam keterangan tertulis yang diterima, Selasa (4/9).

Ia menjelaskan, The 2nd International Summer Course Program 2018 merupakan kegiatan yang diselenggarakan Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia IPB.

Pemerintah melalui Kementerian Pertanian sejak lama juga mendorong Pertanian Perkotaan. Selain menghijaukan kota, pemanfaatan lahan tidur dilakukan untuk program pemenuhan kebutuhan sayur-mayur warga kota.

Pada Juli lalu, Menteri Pertanian Amran Sulaiman memberikan bantuan kepada warga pinggiran sungai Banjir Kanal Timur (BKT), Jakarta Timur berupa bibit sayuran, pupuk dan pompa. Bibit cabai, terong, kangkung dan sayuran lainnya dibagikan di Kelurahan Pondok Kopi, Duren Sawit, Jakarta Timur untuk pemanfaatan lahan tidur menjadi Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).

Saat itu, Amran optimistis lahan pinggir BKT sepanjang 25 kilometer (km) di kedua sisinya jika ditanami cabai bisa menghasilkan sekitar 500 ton cabai. "Bila perlu Jakarta cabainya dipenuhi sendiri karena kebutuhan Jakarta ini tidak seberapa. Kalau semua masyarakat tanam 10 batang saja per rumah tangga itu sudah bisa memenuhi selama tujuh bulan ke depan, jadi sangat sederhana," ujarnya.

Ia mengatakan, KRPL di Banjir Kanal Timur menjadi percontohan di daerah Jakarta. Bahkan tak menutup kemungkinan pihaknya akan membuka kembali KRPL baru di daerah lainnya.

"Pokoknya di mana pun tunjukkan saja. Ini kalau bisa ini dulu dipercontohkan. Setelah ini bergeser-bergeser. Kalau bisa ini dibuat paling cantik (pemandangannya)," ujar Amran.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement