Jumat 31 Aug 2018 16:25 WIB

Krisis Turki dan Argentina, Gubernur BI: Ekonomi Kita Kuat

Kebijakan moneter dan fiskal yang prudent menjadi keunggulan Indonesia.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Teguh Firmansyah
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mendengarkan pertanyaan wartawaan usai menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur di kantor pusat BI, Jakarta, Rabu (15/8). BI memutuskan menaikkan suku bunga acuan BI 7-days repo rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen
Foto: Sigid Kurniawan/Antara
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mendengarkan pertanyaan wartawaan usai menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur di kantor pusat BI, Jakarta, Rabu (15/8). BI memutuskan menaikkan suku bunga acuan BI 7-days repo rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menjelaskan, Pemerintah Indonesia akan terus mewaspadai akan gejolak perekonomian yang terjadi di negara lain, khususnya Turki dan Argentina. Tapi, ia optimistis, kondisi ekonomi Indonesia yang kuat dan tahan dapat mengantisipasi kejadian serupa terjadi.

Perry menjelaskan, ada sejumlah keunggulan yang dimiliki Indonesia. Termasuk di antaranya pertumbuhan ekonomi yang bagus dengan menyentuh angka 5,27 persen pada kuartal II tahun ini. Inflasi bulan Agustus pun sangat rendah, sekitar 0 persen. "Ini dari survei BI. Untuk dari BPS, kita tunggu pengumumannya dalam waktu dekat," ucapnya ketika ditemui di masjid kompleks BI, Jumat (31/8) siang.

Perry menambahkan, poin lain yang membedakan Indonesia dengan negara lain adalah bagaimana prudent-nya kebijakan di Indonesia. Baik itu dari segi moneter, fiskal hingga kebijakan lain yang terkait stabilitas nilai tukar rupiah.

Baca juga, Rupiah Rp 14.700 per Dolar AS, Darmin: Dampak Argentina.

Komitmen Pemerintah Indonesia yang kuat untuk segera menurunkan current account defisit (CAD) juga disebut Perry sebagai kelebihan Indonesia. Di antaranya melalui langkah penerapan B20 pada tahun ini yang diprediksi dapat menurunkan nilai impor hingga Rp 2,2 miliar. "Tahun depan malah ditambah eskpor total tambahan devisa hampir Rp 9 sampai 10 miliar," tuturnya. 

Terakhir, pemerintah juga sudah membicarakan tentang potensi devisa dari bidang pariwisata dan terkait Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN). Menurut Perry, semua pembicaraan dan gerakan ini mengarah pada satu tujuan utama, yakni menurunkan CAD dan stabilisasi nilai tukar rupiah.

Selain itu, BI bersama pihak lain seperti Kementerian Keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga sudah berkomitmen dan melakukan sinergi yang kuat untuk memastikan kebijakan prudent. "Jadi dari berbagi indikator ekonomi makro kita dan stabilitas pertumbuhan itu juga terjaga," ujar Perry.

Dengan upaya yang sudah dilakukan pemerintah dan kondisi ekonomi Indonesia saat ini, Perry mengimbau masyarakat untuk tidak panik dengan gejolak ekonomi sekarang. Pemerintah akan terus mewaspadai apa yang terjadi di negara lain, khususnya Argentina. Diketahui, nilai mata uang peso Argentina mencapai rekor terendahnya dengan kembali anjlok 15 persen pada Kamis pagi waktu Argentina, yakni menjadi 39 peso per dolar AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement