REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Erik Purnama Putra
Rentetan bencana alam yang terjadi di Bali dan Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) membuat sektor pariwisata goyah. Letusan Gunung Agung di Karangasem dan gempa bumi di Lombok yang menghancurkan perumahan hingga berdampak pada turunnya kunjungan wisatawan ke Bali maupun NTB. Padahal, selama ini dua daerah tersebut mengandalkan pemasukan dari industri pariwisata.
Chairman Bali Hotel Association, Ricky Darmika Putra mengatakan, ada kegiatan penting yang bisa dijadikan momen kebangkitan bagi sektor pariwisata, khususnya di Bali dan sekitarnya untuk bangkit. Yaitu, dengan cara memanfaatkan secara maksimal pertemuan tahunan International Monetary Fund (IMF)- World Bank (WB) atau Bank Dunia yang berlangsung di Nusa Dua, Bali pada 10-14 Oktober mendatang.
"Baik dari segi bisnis dan marketing, ini long term impact bagi Bali dan Indonesia, karena kegiatan ini kemungkinan dihadiri sekitar 20 kepala negara dan CEO perusahaan-perusahaan besar. Kalau tamu-tamu itu datang, kita semakin percaya diri untuk mengangkat pariwisata," ujar Ricky saat dihubungi, kemarin.
Ricky menuturkan, industri pariwisata memang paling terpukul dengan adanya bencana alam yang belakangan terjadi di Indonesia. Hal itu juga dirasakannya, karena hotel miliknya juga mengalami penurunan kunjungan wisatawan. Namun, kalau pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia itu sukses maka dipastikan menjadi faktor positif untuk modal kampanye menarik turis mancanegara.
Hal itu lantaran kalau kepala negara, entah presiden atau perdana menteri dan puluhan pimpinan perusahaan besar saja mau datang ke Bali maka persepsi masyarakat dunia bisa diubah. Pun dengan kekhawatiran turis mancanegara yang ingin ke Bali, namun tertunda akibat adanya bencana alam bisa diatasi.
"Ini adalah event paling besar dalam sejarah di Bali. Kita berharap semoga ini memberi dampak positif bagi pemasaran Bali yang sudah terkenal bisa menambah promosi positif agar isu natural disaster bisa terlupakan," kata Ricky.
Disinggung terkait biaya yang dianggarkan pemerintah Indonesia sebesar Rp 885 miliar untuk menyukseskan hajatan itu, Ricky menganggapnya sebagai sebuah investasi 'masa depan'. Menurut dia, pertemuan IMF-Bank Dunia jangan hanya dilihat dalam jangka pendek semata, melainkan juga masa akan datang. Dia menuturkan, dengan jumlah delegasi internasional mencapai belasan ribu orang maka dipastikan akan memutar roda perekonomian Pulau Dewa.
"Saya denger, hotel-hotel yang sudah dipesan minimum 12 ribu kamar, bisa sampai 15 ribu kamar. Ini ada perputaran uang dan menyangkut bukan saja bisnis sekarang. Karena sangat banyak tamu VVIP dan pemutus kebijakan, ini bisa memberi rasa kepercayaan kepada Bali (agar wisatawan mau berkunjung)," ujar Ricky.
Yang tidak boleh dilupakan, lanjut Ricky, dengan ditunjuknya Bali menjadi tuan rumah pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia maka infrastruktur pendukung juga ikut dibangun. Dia menuturkan, pemerintah sudah menginvestasikan dana tidak sedikit untuk memperluas apron Bandara Ngurah Rai agar bisa menampung banyak pesawat yang mengangkut delegasi pertemuan. Selain itu, pembangunan underpas Simpang Tugu Ngurah Rai yang hampir rampung, peresmian patung Garuda Wisnu Kencana (GWK), hingga proyek Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung membuat aktivitas perekonomian di Bali semakin menggeliat.
Dengan segala proyek pendukung yang hampir selesai, ia meyakini, kegiatan pertemuan tahunan itu bisa berlangsung lancar dan sukses dalam mempromosikan Bali ke seluruh penjuru dunia. "Karena ini event internasional, dampaknya akan siginifikan. Saya dapat kabar 3.500 kamar hote di Nusa Dua sudah dipesan, belum nanti hotel di Benoa, dan grup bank tertentu sudah pesan di Sawangan dan Jimbaran membuat dampak bisnis ke depannya bagus," ujar Ricky.
Ketua Asosiasi Travel Agent Indonesia (Asita) Bali, I Ketut Ardana menuturkan, adanya kegiatan berskala besar di Pulau Bali menjadi ajang bagi pelaku industri pariwisata untuk meraup potensi keuntungan. Dia memperkirakan, sekitar 15 ribu peserta dan delegasi IMF-Bank Dunia akan hadir menyemarakkan acara tersebut. Dengan adanya berbagai figur terkenal yang datang, sambung dia, hal itu sama saja secara tidak langsung ikut mempromosikan pariwisata Bali ke dunia.
Tidak hanya itu, lanjut dia, lokasi wisata alam eksotis yang ada di Pulau Lombok bahkan hingga Banyuwangi di Jawa Timur juga bisa ikut mendapatkan keuntungan kalau bisa memanfaatkan peluang yang ada. "Jadi IMF-WB adalah peristiwa dunia, sudah tentu akan lebih meningkatkan popularitas Bali sebagai lokasi wisata kelas dunia. Dengan beberapa beyond Bali-nya yang mulai dikenal dunia, seperti Gili Trawangan dan Pulau Komodo, ini akan meningkatkan kunjungan wisata," ujar Ardana.
Dia menyatakan, kalau saja sekitar belasan ribu peserta itu membawa anggota keluarga untuk sekaligus berwisata maka tidak hanya hotel saja yang untung, melainkan juga mitra lainnya, seperti pelaku usaha kecil menengah (UKM) hingga penyedia jasa transportasi. Hal itu lantaran selama mereka menikmati berbagai lokasi wisata di Bali, pasti akan mencoba mencicipi makanan khas dan berbelanja berbagai barang kerajinan.
"Kalau menghitung rata-rata yang dikeluarkan pakai data (BPS) Badan Pusat Statistisk, per kunjungan mencapai 1.300 dolar AS (atau sekitar Rp 19 juta). Nah (perputaran uangnya) tinggal dikalikan saja jumlah delegasi yang datang," ujar Ardana. Perputaran uang yang besar itu, sambung dia, akan membuat perekonomian masyarakat Bali secara keseluruhan meningkat.
Analis Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bali, Umran Usman mengatakan, sangat tepat diadakan kegiatan berskala besar di Bali, yaitu pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia. Menurut dia, kegiatan itu akan bisa mengerek pertumbuhan ekonomi Bali. Dia menuturkan, pertumbuhan ekonomi Bali pada 2017 hanya 5,59 persen, akibat gunung meletus yang membuat aktivitas kunjungan wisatawan menurun.
Padahal, lanjut dia, pada 2016 ke bawah secara konsisten ekonomi di Bali selalu tumbuh di atas 6 persen. Karena itu, ia memprediksi dengan adanya belanja barang yang masif dipastikan pada 2018, pertumbuhan ekonomi bisa minimal 6 persen atau lebih.
"2016 saja, ketika tidak ada event apa-apa di Bali ekonomi tumbuh 6 persen, apalagi dengan adanya kegiatan besar ini? Mudah-mudahan gak ada bencana, Gunung Agung tenang, bandara tidak tutup, keamanan lancar. Kalau semua berjalan sesuai rencana kami yakin bisa tumbuh di atas 6 persen," ujar Umran.
Menurut dia, dana yang dikucurkan pemerintah sangat masif untuk pembangunan infrastruktur guna mendukung kesuksesan pertemuan IMF-Bank Dunia. Dia menyebut, pelebaran alur Pelabuhan Benoa agar bisa dilewati kapal besar dan pembangunan dermaga untuk yacht membutuhkan dana Rp 600 miliar. Adapun pembangunan apron sisi timur dan barat, pembuatan counter check in baru, serta ruang VVIP Bandara Ngurah Rai menghabiskan dana Rp 2 triliun.
Penyelesaian patung GWK dan pembangunan underpas, serta pelebaran jalan menuju bandara yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Badung membuat aktivitas transaksi ekonomi melonjak. Belum lagi, berbagai proyek itu juga menyerap ribuan tenaga kerja dan konsultan, serta belanja barang membuat perputaran uang menjadi meningkat.
"Pemkab Badung aja mengeluarkan Rp 600 miliar, karena ini ajang unjuk bagi mereka. Jadi buat konstruksi saja bujetnya Rp 4 triliun. Jadi kalau dibilang perputaran uang Rp 4 triliun, itu angka konservatif, bisa lebih tinggi," ujar Umran.
Dia melanjutkan, ketika tamu-tamu pertemuan IMF-Bank Dunia yang berjumlah 15 ribu datang, otomatis mereka akan menginap di hotel. Selain itu, pihak hotel akan menyediakan makanan, transportasi, suvenir, dan bagi yang memperpanjang penginapan pasti akan mengeluarkan dana belanja untuk membeli oleh-oleh cukup besar. Angka itu belum menghitung panitia dan aparat TNI-Polri yang juga berjumlah ribuan orang.
"Jadi dari pariwisata Bali dari sisi spendin akan menerima pemasukan besar. Belum lagi ada hotel yang membuka kamar baru, mempercantik hotel, mengganti mobil transportasi. Apalagi saya dengar yang akan datang sampai 17 ribu orang, angka perputaran uang bisa jauh lebih besar," katanya.
Menurut Umran, dengan berbagai fakta yang dijabarkannya itu maka kegiatan pertemuan IMF-Bank Dunia dipastikan mendorong pertumbuhan ekonomi di Bali. Selain bisa menghidupkan sektor pariwisata yang sedang lesu, juga akan menggerakan berbagai sektor lain yang terimbas banyaknya delegasi luar negeri yang datang. "Karena pasti ada di antara mereka yang membawa keluarga dan belanja, maupun memperpanjang liburannya," kata Umran.