Rabu 29 Aug 2018 16:43 WIB

PLN Kejar Target Energi Terbarukan 23 Persen

Pengembangan pembangkit EBT ditargetkan sebesar 14.911 MW.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Dwi Murdaningsih
Pameran Indo EBTKE ConEx 2018 yang diselenggarakan di Balai Kartini Jakarta (29-31/8).
Foto: PLN
Pameran Indo EBTKE ConEx 2018 yang diselenggarakan di Balai Kartini Jakarta (29-31/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PLN terus mengejar target bauran energi nasional 23 persen pada 2025. Progres bauran energi nasional yang saat ini telah mencapai 11,68 persen. Kini, sebanyak 6.516,3 MW pembangkit Energi Baru dan Terbarukan (EBT) telah beroperasi memasok listrik untuk masyarakat Indonesia.

Program EBT di PLN ditampilkan pada Pameran Indo EBTKE ConEx 2018 yang diselenggarakan di Balai Kartini Jakarta (29-31/8). Dalam acara pembukaan pameran dan konferensi ini, turut hadir Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, Wakil Ketua DPR Agus Hermanto, Menteri ESDM Ignasius Jonan dan Ketua Masyarakat Energi Baru Terbarukan Indonesia (METI) Suryadharma (29/8).

Kepala Divisi Energi Baru dan Terbarukan PT PLN (Persero) Zulfikar Manggau menyatakan total pembangkit EBT yang beroperasi akan terus meningkat. Hal ini juga telah tercantum dalam Rencana Upaya Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2018-2027 dimana pengembangan pembangkit EBT ditargetkan sebesar 14.911 MW untuk seluruh wilayah Indonesia.

photo
Pameran Indo EBTKE ConEx 2018 yang diselenggarakan di Balai Kartini Jakarta (29-31/8).

"PLN terus fokus mengembangkan pembangkit EBT dari tenaga surya, bayu, air, biomassa, biogas, bioenergi, panas bumi, arus laut bahkan tenaga dari sampah. Ini tantangan bagi kami, namun harus diwujudkan demi energi yang lebih bersih. Selain itu, Indonesia juga memiliki banyak potensi EBT yang diperkirakan mencapai 21 ribu MW," ujar Zulfikar.

Salah satu pembangkit EBT dari tenaga bayu yang sukses beroperasi adalah PLTB Sidrap 75 MW di Kab. Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan. Pembangkit ini telah diresmikan oleh Presiden RI Joko Widodo pada 2 Juli 2018 lalu. Dalam pembangunannya, PLTB Sidrap menggunakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) mencapai 40 persen.

Untuk tower-nya sendiri TKDN-nya cukup besar mencapai 80 persen. Dengan total daya sebesar 75 MW, PLTB Sidrap berperan menopang 6 persen kebutuhan beban puncak Sulawesi Bagian Selatan (Sulbagsel) yang meliputi Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan Palu.

Kemudian salah satu pembangkit EBT yang saat ini dalam tahap pembangunan adalah PLTA Jatigede 2x55 MW yang berlokasi di Kab. Sumedang, Jawa Barat. Saat ini pembangunannya sudah mencapai 38,43 persen dan target beroperasinya di Oktober 2019. Menurut Kepmen ESDM no. 1772K/20/MEM/2018, rata-rata nasional harga beli listrik adalah 7,66 sen USD/kWh.

Wapres Jusuf Kalla menyebutkan bagaimana energi telah menjadi kebutuhan pokok masyarakat. "Energi sekarang menjadi kebutuhan utama kita. Kebutuhan energi akan meningkat terus menerus. Kira-kira setiap tahun diperlukan pertumbuhan energi sebanyak 12 persen. Untuk mencapai 23 persen energi baru dan terbarukan (EBT) di 2025, setidaknya butuh tambahan 2.000 MW pembangkit EBT per tahun," ujar Kalla.

Kalla mengatakan, Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan pertumbuhan energi terbarukan. Pemerintah menargetkan pada 2025 pembangkit listrik di Indonesia sudah mencapai 100 ribu MW. Dari jumlah tersebut, pemerintah menargetkan pertumbuhan energi terbarukan sekitar 23 persen atau 23 ribu MW hingga 2025.

Adapun saat ini pertumbuhan energi terbarukan telah mencapai 9 ribu MW. Sementara, untuk mencapai target pertumbuhan energi terbarukan pada 2025, dibutuhkan minimum pertumbuhan sebesar 2 ribu MW per tahun. Jusuf Kalla mengatakan, apabila target ini tidak terpenuhi maka udara di Pulau Jawa akan kotor karena terus terjadi penambahan energi fosil maupun batubara.

"Oleh karena itu, pilihan untuk renewable energy dan juga gas itu penting sekali untuk tahun 2025, itu udara dan juga energi di Jakarta ini akan lebih baik daripada sebelumnya, karena nanti kehidupan manusia makin banyak, makin ingin sehat, makin ingin bersih," kata Jusuf Kalla.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement