REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar menjelaskan pemerintah berupaya untuk bisa menekan angka cost recovery. Meski dampaknya tidak langsung terlihat dalam jangka waktu satu dua tahun, namun menurut Arcandra, rencana penekanan cost recovery tetap perlu dilakukan saat ini.
Menurut data Kementerian ESDM, sejak tahun 2015 memang ada catatan buruk terkait cost recovery. Cost recovery tercatat lebih besar daripada penerimaan negara.
Baru pada tahun 2017, tercatat cost recovery mencapai 11,3 miliar dolar AS. Sedangkan pendapatan negara dari sektor migas mencapai 13,1 miliar dolar AS.
"Kami memang sedang berupaya penuh untuk bisa menekan angka cost recovery. Beberapa upaya dilakukan dari sisi regulasi hingga teknis," kata Arcandra di Kementerian ESDM, Jumat (10/8).
Arcandra menjelaskan upaya pemerintah menekan angka cost recovery adalah dengan menggunakan skema perpajakan pada kontrak migas baru dengan skema gross split. Skema gross split membuat pemerintah tidak perlu lagi merogoh kocek APBN untuk membayar biaya produksi yang dikeluarkan kontraktor.
Namun, dalam skema gross split pemerintah memberikan insentif pajak berupa bebas pajak pada saat eksplorasi, bebas bea masuk dan cost sharing. Arcandra menjelaskan dengan skema ini mulai terlihat dari semester pertama 2018 ini.
Realisasi cost recovery pada semester pertama 2018 ini mencapai 5,2 miliar dolar AS. Cost recovery ini lebih rendah daripada pendapatan pemerintah dari migas sebesar 8,5 miliar dolar AS. "Kita bisa coba tekan," ujar Arcandra.
Arcandra menjelaskan salah satu langkah lainnya ia mencontohkan rencana yang akan dilakukan di Blok Rokan. Selama ini saat Blok Rokan masih dibawah naungan Chevron, ada dampak lingkungan yang bernama tanah terkontaminasi minyak, atau residu dari hasil pengeboran.
Tanah terkontaminasi minyak (TTM) ini kata Arcandra selama ini harus di bawa ke daerah Bogor untuk diolah agar bisa bebas dari kontaminasi minyak. Ongkos angkut tanah dari Duri ke Bogor merupakan bagian dari cost recovery.
"Tapi tahun ini kita coba untuk tidak perlu dibawa lagi ke Bogor. Kita coba untuk bisa dilakukan di wilayah itu saja," kata Arcandra.
Dengan sistem baru ini, maka biaya yang bisa ditekan dari cost recovery sebesar 800 juta hingga 1 miliar dolar AS. "Diferisiasi harganya segitu. Ini kan salah satu langkah efisiensi," ujar Arcandra.