Selasa 17 Jul 2018 20:54 WIB

Bappenas: Kita Ingin Kemiskinan tak Berhenti di 9 Persen

BPS menunjukkan persentase angka kemiskinan 9,82 persen.

Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro
Foto: Dok Bappenas
Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Bambang Brodjonegoro menilai, momentum turunnya tingkat kemiskinan yang akhirnya mencapai satu digit (single digit) atau di bawah 10 persen, harus dimanfaatkan untuk terus menekan tingkat kemiskinan semakin rendah lagi. Pemerintah, kata ia, ingin menata permasalahan kemiskinan lebih serius.

"Kita ingin menggunakan momentum single digit dari poverty rate ini, artinya di bawah 10 persen, sebagai awal kita untuk menata permasalahan kemiskinan secara lebih serius," ujar Bambang saat diskusi dengan awak media di Kantor Bappenas, Jakarta, Selasa (11/7).

Dengan kata lain, lanjut Bambang, selain upaya lebih terintegrasi, program yang lebih baik serta anggaran lebih kuat dibutuhkan untuk mengurangi kemiskinan. Ia pun berharap kejadian pada 1998 tidak kembali terulang.

"Mudah-mudahan dengan sekali ia masuk di bawah 10 persen, ini akan berlanjut terus. Jangan sampai seperti tahun 1998 dimana kemiskinan naik karena ekonominya kontraksi cukup besar," kata Bambang.

Baca juga, Tingkat Kemiskinan di Indonesia Turun ke Level Satu Digit.

Bambang mencontohkan, pada zaman Orde Baru dulu upaya pemerintah yang paling berat saat itu adalah membawa inflasi turun hingga satu digit. Untuk saat ini, pemerintahan sekarang membawa misi untuk mengurangi kemiskinan serendah-rendahnya kendati sudah menembus satu digit.

"Mudah-mudahan ini akan berlangsung terus sehingga tingkat kemiskinan kita persis seperti negara yang sudah maju, artinya di bawah lima persen atau tiga persen. Tapi itu tentunya perjalanan di masa depan," kata Bambang.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada Maret 2018, jumlah penduduk miskin atau penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan di Indonesia mencapai 25,95 juta orang atau 9,82 persen.

Jumlah itu berkurang sebesar 633,2 ribu orang dibandingkan dengan kondisi September 2017 yang sebesar 26,58 juta orang atau 10,12 persen. Sementara itu, jika dibandingkan dengan Maret tahun sebelumnya, jumlah penduduk miskin menurun sebanyak 1,82 juta orang

Secara umum, sejak 2002, tingkat kemiskinan di Indonesia mengalami penurunan, baik dari sisi jumlah maupun persentase, kecuali pada 2006, September 2013, dan Maret 2015. Kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode tersebut dipicu oleh kenaikan harga barang kebutuhan pokok sebagai akibat dari kenaikan harga bahan bakar minyak.

"Selama ini poverty rate kita dari 2007 saja masih 16,6 persen turun terus sampai September 2017 kemarin 10,12 persen. Jadi artinya menurunkan poverty rate meskipun itu tugas utama pemerintah, ini tidak mudah. Dalam kurun waktu 10 tahun lamanya itu turunnya ekitar 6-7 persen," ujar Bambang

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement