Selasa 05 Jun 2018 06:50 WIB

Inalum: Divestasi Freeport Menjadi yang Paling Tersulit

Pemerintah menargetkan proses akuisisi Freeport bisa selesai pada Juni 2018

Direktur Utama PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) Budi Gunadi Sadikin (baju batik) bersama seluruh direktur PT Antam, PT Timah, PT Bukit Asam resmi menjadi holding tambang setelah melakulan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Hotel Borobudur Jakarta, Rabu (29/11).
Foto: Republika/Rahayu Subekti
Direktur Utama PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) Budi Gunadi Sadikin (baju batik) bersama seluruh direktur PT Antam, PT Timah, PT Bukit Asam resmi menjadi holding tambang setelah melakulan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Hotel Borobudur Jakarta, Rabu (29/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Inalum Budi Gunadi Sadikin mengakui bahwa proses negosiasi divestasi Freeport Indonesia merupakan salah satu yang paling sulit di tangani. Ia menjelaskan selama berkarir jadi bankir sekitar 25 tahun, negosiasi tersebut salah satu yang paling alot.

Salah satu hal yang membuat sulit adalah adanya saham participating interest dari Rio Tinto terhadap Freeport, yaitu sebesar 40 persen. "Tetapi hingga saat ini proses sudah banyak kemajuan, dan tetap berjalan sesuai dengan rencana awal," ujar Budi, Senin (4/6).

Sebelumnya, Menteri BUMN Rini Soemarno menyebut pembelian hak kelola atau Participation Interest (PI) Rio Tinto di PT Freeport Indonesia kini tengah masuk tahap finalisasi. "Belum boleh. Kemarin bicara dengan Pak Budi (Direktur Utama PT Inalum Budi Gunadi) karena kami masih dalam finalisasi untuk penandatangan Head of Agreement," kata Menteri Rini.

Rini mengaku belum bisa banyak bicara soal upaya akuisisi saham PTFI tersebut, namun pihaknya optimistis proses penyelesaian akuisisi yang ditargetkan pada Juni 2018 akan tercapai. "Insya Allah masih bisa tercapai di Juni ini," katanya juga.

Rio Tinto dikabarkan menjual hak partisipasinya di tambang Grasberg Freeport Indonesia (PTFI) kepada PT Inalum senilai 3,5 miliar dolar AS. Namun, Rini masih enggan berkomentar mengenai kabar tersebut.

"Kan saya bilang nanti kalau kami sudah tanda tangan head of agreement baru bisa bicara," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement