Rabu 30 May 2018 19:40 WIB

Peningkatan Suku Bunga BI Dinilai tak Berdampak ke Kredit

BCA tidak akan langsung merespons kenaikan suku bunga BI.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nur Aini
Suku bunga kredit/ilustras
Foto: ist
Suku bunga kredit/ilustras

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peningkatan suku bunga acuan Bank Indonesia BI 7-Days Reverse Repo Rate menjadi 4,75 persen dianggap tidak berdampak besar pada bunga kredit. Hal itu terjadi apabila kebijakan tersebut dapat menstabilkan nilai tukar rupiah.

"Jika rupiah cendrung lebih stabil, maka dampak ke bunga kredit akan lebih kecil. Artinya, rupiah yang lebih stabil mendorong potensi peningkatan aktivitas ekonomi, dan hal ini akan mendorong permintaan kredit," ujar Ekonom Indef Eko Listiyanto kepada Republika.co.id, Rabu (30/5).

Menurut Eko, jika bank umum terburu-buru menaikkan bunga kredit, maka penawaran kreditnya menjadi tidak kompetitif. Dalam situasi laju kredit sedang tinggi yakni mencapai di atas 10 persen kenaikan suku bunga acuan biasanya akan diikuti dengan kenaikan bunga kredit. Namun situasi saat ini laju kredit masih di bawah 10 persen atau single digit karena pelaku ekonomi menahan diri untuk ekspansi.

"Jika bank buru-buru menaikkan bunga kredit memang dapat memperlambat pertumbuhan. Namun, sepertinya pilihan ini (kenaikan BI 7DRR) lebih realistis dibanding rupiah fluktuatif tapi bunga kredit rendah," kata Eko.

Direktur Bank BCA, Suwignyo Budiman mengatakan, meski BI telah menaikkan suku bunga acuan, BCA tidak akan langsung merespons dengan menaikkan suku bunga kredit. Apalagi saat kenaikan suku bunga acuan BI sebelumnya menjadi 4,50 persen, BCA belum menaikkan suku bunga. Bank BCA akan menaikkan suku bunga mengikuti kondisi pasar.

"Kita tergantung pasar. Bank ini kan sebetulnya sebagai intermediasi saja. Kalau orang penyimpan tabungan deposito kan maunya bunga tinggi, tapi kalau peminjam uang maunya bunga rendah," ujar Suwignyo.

Dengan dinaikkannya suku bunga acuan, maka bunga deposito akan terdorong naik yang diikuti dengan kenaikan suku bunga kredit. "Kalau deposito naik, tabungan naik, ya otomatis rugi dong bank. Makanya kredit dinaikkan juga. Tapi sekarang kita belum naikkan,"katanya.

Menurut Suwignyo, permintaan kredit tidak tergantung dengan turunnya suku bunga, melainkan lebih kepada kebutuhan masyarakat. Hal itu seperti Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang tetap naik di tengah ekonomi sulit. Dengan demikian, bank harus pandai memainkan bisnisnya.

"Kalau kredit menurut saya demand-nya itu tergantung kebutuhan, tergantung bisnis. Meski bunga diturunkan, kredit tidak akan naik kalau memang bisnisnya tidak ada. KPR itu kan kebutuhan utama masyarakat, makanya demand- nya ada terus," tuturnya.

Baca: Suku Bunga Naik, BI: Ekonomi Global Mendesak Direspons

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement