REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Kelompok tani nelayan andalan (KTNA) Kabupaten Karawang, memertanyakan alasan pemerintah mengimpor satu juta ton beras. Pasalnya, saat ini petani di sejumlah daerah, termasuk Karawang sedang panen raya. Dengan begitu, stok gabah maupun beras sedang melimpah. Tetapi, ironinya justru pemerintah mendatangkan beras impor.
Wakil Ketua KTNA Kabupaten Karawang, Ijam Sudjana, mengatakan, ini sangat aneh dengan keputusan impor 1 juta ton beras. Biasanya, pemerintah itu impor beras dikala petani sedang paceklik atau di medio Oktober sampai Desember.
Akan tetapi, tahun ini sangat aneh. Sebab, impornya disaat petani sedang kebanjiran gabah. "Ada apa ini. Kenapa impornya harus sekarang, di saat petani sedang panen raya," ujar Ijam, kepada Republika.co.id, Jumat (18/5).
Saat ini saja, harga gabah jadi terdampak karena panen raya. Saat ini, harga gabah antara Rp 3.800 sampai Rp 4.000 per kilogram. Padahal, harga saat bulan Maret lalu masih mencapai Rp 6.500 per kilogram.
Saat petani sedang terpuruk, lanjut Ijam, pemerintah justru mengimpor beras. Jelas ini sangat menyakitkan. Ibaratnya sudah jatuh tertimpa tangga.
Ketika harga gabah anjlok, beras yang ada dipasaran juga semakin banjir akibat beras impor. "Ini jelas program yang tidak berkeadilan. Seharusnya pemerintah hadir menolong petani," jelas Ijam.