REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- PT Pupuk Indonesia (Persero) pada tahun 2017 telah menyalurkan pupuk bersubsidi sebanyak 9,4 juta ton untuk sektor PSO (Public Service Obligation). Dengan rincian 4,1 juta ton urea, 2,68 juta ton NPK, 851 ribu ton SP36, 961 ribu ton ZA dan 688 ribu ton pupuk organik.
Jumlah penyaluran PSO ini meningkat dari 9,18 juta ton di tahun 2016. Sedangkan penjualan ke sektor non subsidi mencapai 2,19 juta ton.
Direktur Utama Pupuk Indonesia, Aas Asikin Idat, mengungkapkan meskipun dapat menyalurkan pupuk bersubsidi lebih besar dibandingkan jumlah tahun 2016, justru perusahaan dapat menekan biaya penyaluran subsidi sehingga menghemat beban biaya subsidi yang dibayarkan Pemerintah.
Kami menerapkan kebijakan untuk menekan biaya-biaya, terutama efisiensi konsumsi bahan baku dan biaya distribusi pupuk, sehingga Perusahaan turut berkontribusi mengurangi beban subsidi Pemerintah sebesar Rp1,88 triliun, kata Aas dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis (10/5).
Pupuk Indonesia berhasil melampaui target laba yang ditetapkan Pemegang Saham sebesar 150,2 persen dari target RKAP. Pada tahun 2017, BUMN pupuk tersebut mencatatkan laba sebesar Rp3,08 triliun, lebih besar dari target sebesar Rp2,05 triliun, dengan total pendapatan mencapai Rp58,96 triliun.. Perolehan laba tersebut sebenarnya masih lebih rendah dibandingkan tahun 2016, yaitu sebesar Rp3,53 triliun.
Penyebabnya, pertama karena kita melakukan efisiensi sehingga mengurangi pendapatan subsidi. Selain itu, harga komoditi urea dan amoniak internasional juga mengalami penurunan sangat drastis sehingga mengurangi pendapatan Perusahaan dari sektor pupuk non subsidi," jelas Aas.
Pendapatan Pupuk Indonesia dari sektor pupuk bersubsidi memang berkurang dari Rp 26,85 triliun di tahun 2016, menjadi Rp 24,97 triliun pada tahun 2017. Sehingga secara langsung memberikan penghematan pengeluaran Pemerintah untuk subsidi pupuk.
Meskipun demikian, penyaluran pupuk bersubsidi di tahun 2017 justru mengalami peningkatan, dari 9,18 juta ton menjadi 9,30 juta ton di tahun 2017. "Ini membuktikan walaupun kita melakukan efisiensi, tidak mengurangi pelayanan kita ke sektor PSO, tambahnya.
Pada tahun 2017, Pupuk Indonesia juga berhasil mencapai rekor produksi tertinggi sepanjang berdirinya Perusahaan, yaitu sebesar 11,42 juta ton untuk segala jenis pupuk. Kenaikan produksi ini antara lain didorong oleh mulai beroperasinya pabrik baru Pusri 2B yang berkapasitas 970 ribu ton per tahun. "Selain itu, reliabilitas pabrik juga terus meningkat sehingga mengurangi terjadinya unscheduled shutdown," kata Aas.
Hal ini juga mendorong turunnya rasio konsumi gas bumi untuk produk urea, dari rata-rata 29,86 MMBTU per ton menjadi 28,69 MMBTU/ton. Turunnya rasio konsumsi gas bumi adalah hasil dari semakin handalnya pabrik-pabrik kita berkat program revitalisasi yang kita jalankan, kata Aas.
Untuk produksi produk non pupuk, yang terdiri dari produk seperti asam sulfat, asam fosfat dan produk sampingan lainnya, mencapai 5,42 juta ton dari target sebesar 5,8 juta ton.