Kamis 19 Apr 2018 11:38 WIB

IMF Memperingatkan Terjadinya Kenaikan Utang Global

Suku bunga rendah berkepanjangan telah mendorong peningkatan utang senilai 225 persen

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Andi Nur Aminah
Gedung Dana Moneter Internasional (IMF) Washington DC
Foto: EPA/MATTHEW CAVANAUGH
Gedung Dana Moneter Internasional (IMF) Washington DC

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan bahwa ancaman terhadap sistem keuangan global mulai meningkat, ditandai dengan melonjaknya harga aset berisiko yang mengingatkan pada tahun-tahun sebelum terjadi krisis keuangan global. IMF mengatakan, suku bunga rendah yang berkepanjangan telah mendorong peningkatan utang senilai 225 persen dari PDB pada 2016, atau 12 poin lebih tinggi dari rekor sebelumnya, yakni pada 2009.

IMF mendorong agar negara-negara perlu mengambil tindakan untuk meningkatkan keuangan mereka sebelum terjadi resesi ekonomi. IMF mencatat, negara berkembang dan berpenghasilan rendah akan rentan terhadap ancaman krisis keuangan. Selain itu, menurut IMF, Cina ikut bertanggung jawab atas terjadinya peningkatan utang global.

Guardian melaporkan, Kamis (19/4), Cina bertanggung jawab terhadap peningkatan utang global yang mencapai 40 persen sejak 2007. Tingkat utang di seluruh pasar negara berkembang secara keseluruhan rata-rata mencapai 50 persen dari PDB, tertinggi sejak 1980-an.

Negara-negara termiskin di dunia yang memiliki utang sebagian besar telah dihapuskan sebagai bagian dari perjanjian Gleneagles pada 2005. Namun, IMF mengatakan, hal tersebut tidak mengurangi rasio utang global yang rata-rata telah mencapai di atas 40 persen dari PDB.

Direktur Urusan Fiskal IMF Vitor Gaspar mengatakan, sejak penghapusan utang, justru tingkat utang telah meningkat sebesar 13 poin dalam lima tahun terakhir. "Selain itu, utang juga meningkat pesat, terutama di negara-negara dengan tingkat inflasi tinggi. Beban bunga juga meningkat dua kali lipat dalam 10 tahun terakhir menjadi 20 persen dari pajak," kata Gaspar.

Gaspar mengatakan, peningkatan beban bunga mencerminkan kecenderungan yang makin besar untuk meminjam dari pasar modal swasta. Langkah ini akan meningkatkan defisit secara keseluruhan di atas 1 triliun dolar AS selama tiga tahun ke depan.

Adapun utang diproyeksikan meningkat dari 108 persen pada 2017 menjadi 117 persen dari PDB pada 2023. Menurut Gaspar, jika pemotongan pajak dengan ketentuan sunset tidak dibiarkan macet, utang publik akan naik lebih tinggi. "Kami mendesak para pembuat kebijakan untuk menghidnari tindakan kebijakan yang pro-cyclical, yakni memberikan stimulus yang tidak perlu ketika kegiatan ekonomi sudah berjalan," kata Gaspar. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement