REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 2.422 lulusan Institute Pertambangan Nemangkawi (IPN) yang merupakan salah satu sekolah di kawasan PT Frepoort Indonesia menjadi bagian dari karyawan Freeport Indonesia. IPN sendiri merupakan sekolah yang dikhususkan bagi anak-anak masyarakat adat agar bisa mendapatkan kesempatan untuk bisa mendapatkan akses pekerjaan.
Senior Manajer Institut Pertambangan Nemangkawi Soleman Faluk menjelaskan kondisi kinerja pertambangan di Indonesia saat ini semakin membaik dari hari ke hari. Ia menilai perlu ada pelibatan masyarakat setempat sebagai tenaga terampil oleh Freeport Indonesia agar bisa memberikan manfaat ekonomi yang lebih tinggi bagi mereka.
"Masyarakat harus ikut ambil bagian dalam proses transformasi ilmu pengetahuan dan keterampilan serta tehnologi, mereka sebagai subyek pembangunan, ikut berpartisipasi aktif membangun diri mereka. Mereka tidak menjadi obyek yang dibangun tanpa adanya dorongan untuk maju bersaing dengan saudara-saudara kita dari luar Papua," ujar Faluk melalui keterangan tertulisnya, Kamis (29/3).
Sejak 2003 terhitung sebanyak 4.154 orang telah mengenyam pendidikan di IPN. Dari jumlah tersebut sebanyak 2.422 peserta didik dari Papua yang melanjutkan berkarir di Freeport. Rata-rata dari peserta didik berasal dari tujuh suku. Dari ketujuh suku, ada dua suku yang mendapat keistimewaan untuk masuk IPN yaitu Amungme dan Kamoro. "Anak-anak muda dari kedua suku ini berhak mendaftarkan diri dengan hanya berbekal ijazah Sekolah Dasar," ujar Faluk.
Selain peserta didik dari ketujuh suku tersebut, IPN juga memberikan kesempatan pada masyarakat Papua lainnya dan masyarakat non Papua yang lahir dan besar di tanah Papua, serta memiliki kontribusi terhadap Papua. Pada saat ini terdapat 104 siswa asal Papua yang sedang mengembangkan kemampuannya di IPN.