Kamis 29 Mar 2018 01:28 WIB

PLN Investasi Rp 1,1 Triliun untuk Lisa NTT

Dana itu akan digunakan untuk menerangi 590 desa yang belum berlistrik.

Rep: Rakhmat Hadi Sucipto/ Red: Gita Amanda
Dua petugas PLN sedang menyambung kabel listrik di sebuah desa di Nusa Tenggara Timur beberapa waktu lalu. PLN Wilayah NTT bertekad menerangi seluruh desa yang belum berlistrik pada tahun ini.
Foto: Rakhmat Hadi Sucipto/REPUBLIKA
Dua petugas PLN sedang menyambung kabel listrik di sebuah desa di Nusa Tenggara Timur beberapa waktu lalu. PLN Wilayah NTT bertekad menerangi seluruh desa yang belum berlistrik pada tahun ini.

REPUBLIKA.CO.ID, LABUAN BAJO -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalokasikan dana sebesar Rp 1,1 triliun untuk program listrik desa (Lisa) 2018. Dana sebesar itu akan digunakan untuk menerangi 590 desa yang belum berlistrik.

“Sebenarnya total desa yang belum berlistrik 1.200 desa. Tapi, ada kelanjutan dari program 2017 yang bakal selesai pada Maret ini,” jelas General Manager PLN Wilayah NTT, Christiyono, di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Rabu (28/3) lalu.

Pada proyek tahun lalu, menurut Christiyono, pihaknya melistriki 600-an desa. Proyek tersebut menyedot anggaran Rp 1,64 triliun. “Anggaran tahun ini lebih kecil karena jaringan listrik yang akan dipasang sudah berkurang seiring dengan pembangunan infrastruktur kelistrikan untuk 600 desa pada tahun lalu,” kata Christiyono.

Ada banyak kendala dalam melistriki desa-desa di NTT. Kondisi alam termasuk yang paling dominan. Letak desa banyak tersebar sehingga investasi untuk membangun jaringan juga menjadi mahal.

Christiyono menjelakan, infrastruktur jalan yang tak memadai juga kerap menjadi penghambat pembangunan jaringan listrik. Banyak jalan menuju desa masih tanah liat. “Jalan hanya bisa dilewati kalau kering. Kalau hujan turun, sudah pasti tak bisa dilewati kendaraan apapun,” jelas pria yang juga akrab dipanggil Chris ini.

Meski jalan kering, jelas Chris, tim PLN juga kerap sulit menembus medan. Mengapa? Karena jalan sempit, berkelok-kelok, dan naik turun. Beruntung warga dengan suka rela sering membantu tim PLN menarik truk pengangkut tiang-tiang listrik.

Begitu tiang listrik sampai, kata Chris, petugas lapangan juga harus berjuang secara manual melubangi tanah sebagai tempat pancang tiang. Tidak tersedia alat untuk mengebor atau membuat lubang. Semua dikerjakan dengan tangan oleh para petugas PLN.

"Misanya di Alor. Truk di sana yang bisa angkut material kita hanya 10 truk. Padahal, kita punya banyak desa yang belum dilistriki,” tutur Chris.

Beberapa desa juga sering terisolasi. Menurut Chris, banyak desa dipisahkan oleh sungai-sungai. Ada sungai besar yang bisa dilalui kendaraan pas musim kering. Namun, begitu ada hujan air sungai mengalir sangat deras, bahkan tinggi air bisa mencapai lebih dari lima meter. Bila terjadi seperti itu, tak mungkin ada aktivitas, apalagi membawa peralatan dan materi proyek.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement