Kamis 22 Mar 2018 21:36 WIB

Reksa Dana Narada Saham Indonesia Sabet 2 Penghargaan

Penghargaan itu sebagai reksa dana saham terbaik 2018.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Karta Raharja Ucu
Investasi reksadana
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Investasi reksadana

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kerja keras PT Narada Kapital Indonesia dalam mengelola reksa dana Narada Saham Indonesia (NSI) berbuah manis. Narada mendapatkan dua penghargaan dari majalah Investor.

Reksa dana saham yang tahun lalu memberi imbal hasil 35,54 persen. NSI meraih dua penghargaan yaitu sebagai Reksadana Saham terbaik 2018 untuk periode satu tahun dan tiga tahun dengan kelolaan aset Rp 100 miliar-Rp 500 miliar.

"Dua award atau penghargaan ini merupakan bukti nyata, Narada mampu memberi imbal hasil optimal, profesional dan prudent dalam mengelola dana investor. Ini juga memberi pesan, masyarakat percaya dengan produk Reksa Dana kami," kata Jalaludin Miftah, Vice President Marketing Communications PT Narada Kapital Indonesia, dalam siaran pers yang diterima Republika, Kamis (22/3).

Dalam keterangan tertulis daro PT Narada, penghargaan tersebut diberikan Majalah Investor kepada Narada Kapital Indonesia di Hotel Le Meridien, Jakarta, Rabu (21/3). Jalaludin mengatakan, dua penghargaan itu akan memacu manajemen Narada untuk terus memberikan imbal hasil terbaik bagi investor. Dalam waktu dekat, Narada akan meluncurkan produk reksa dana saham baru.

Pertimbangannya, unit penyertaaan Reksa Dana Narada Saham Indonesia (NSI) sudah mendekati jumlah maksimal yakni 500 juta unit. "Dengan semakin banyak produk, Narada berharap investor bisa lebih leluasa memilih produk reksa dana yang sesuai dengan kebutuhan dan karakter investasi masing-masing. Nama-nama produknya masih disiapkan," kata dia.

Menurutnya, Narada juga kian melakukan edukasi kepada masyarakat akan pentingnya berinvestasi saham dan reksa dana melalui berbagai kegiatan. Edukasi itu dilakukan tak hanya kepada investor ritel, namun juga kepada investor institusi seperti dana pensiun, yayasan, dan perusahaan.

"Investasi di pasar saham, masih prospektif karena berbagai indikator ekonomi menunjukkan tren positif. Misal dari sisi GDP, Indonesia tumbuh 5.2 persen, inflasi relatif terjaga di angka 3,5 persen, belum lagi harga-harga komoditas cenderung stabil," kata Jalaludin. Meskipun saat ini telah masuk tahun politik, ia yakin Narada tidak akan terlalu berpengaruh karena kondisi politik akan lebih stabil.

Investor di Indonesia, kata Jalaludin, juga telah pandai dan tidak mudah terpengaruh oleh isu-isu global yang ekstrem. "Apalagi horison investasi reksa dana menengah dan panjang. Sehingga tak ada alasan menunda investasi reksa dana di Narada," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement