Selasa 27 Feb 2018 16:26 WIB

Indonesia Membutuhkan Sistem Digitalisasi Transportasi

Sistem digitalisasi transportasi akan memberikan perjalanan berbeda bagi penumpang.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nidia Zuraya
Warga mencari transportasi dengan aplikasi online. ilustrasi
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Warga mencari transportasi dengan aplikasi online. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu perusahaan penyedia jaringan komunikasi Alcatel-Lucent Enterprise (ALE) mendukung transportasi yang efisien, aman, dan nyaman. Country Manager ALE Indonesia Adios Purnama mengatakan untuk mewujudkan hal tersebut maka digitalisasi dalam sistem transportasi dibutuhkan.

 

Dia mengatakan implementasi dari transformasi teknologi membutuhkan sistem teknologi informasi yang lebih baik untuk mendukung operasionalnya. "Indonesia membutuhkan sistem digitalisasi dan pengendalian yang unik mengingat kondisi geografis yang beragam," kata Adios di kawasan Cikini, Selasa (27/2).

 

Hal tersebut terlihat dari munculnya transformasi yang menciptakan sistem transportasi lebih baik karena memberikan perjalanan berbeda bagi penumpang. Salah satunya, kata dia, PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang sukses menggunakan teknologi transportasi yang lebih baik.

 

Menurutnya, KAI sudah menerapkan sistem transformasi dan pengendalian digital sebagai bagian dari operasi commuterline-nya, yang beroperasi di Jakarta dan sekitarnya. "Dalam hal ini, KAI memudahkan penggunanya untuk menggunakan uang elektronik sebagai pengganti tiket kertas," ujar Adios.

 

Dampaknya tak hanya dari menurunnya penggunaan uang kertas namun juga banyak pengguna commuterline yang memarkir kendaraan pribadinya di stasiun. Cara tersebut menurutnya lebih cepat dan bebas macet dibandingkanmenggunakan transportasi lain.

 

Melihat perkembangan tersebut, Adios menegaskan pihaknya memiliki beragam solusi untuk menjawab perubahan transportasi yaitu dengan WLAN Alcatel-Lucent OmniAccess Stellar. "Ini bisa membantu Indonesia membangun sistem transportasi yang lebih baik untuk mengurangi kemacetan lalu lintas," ungkap Adios.

 

Dengan solusi tersebut, Adios menjelaskan setiap operator bisa memberikan penumpang pengalaman terbaik dengan mengkoneksikan infrastruktur demi meningkatkan komunikasi. Begitu juga dengan keamanan dan efisiensi.

 

Dia mengatakan solusi tersebut juga bisa menghubungkan penumpang dan berbagai proses dengan aman. "Bbaik untuk kecepatan, kenyamanan, maupun keamanan termasuk untuk keamanan data," ujar Adios.

 

Selain itu, solusi tersebut memberikan konektivitas kelas enterprise dengan kemudahan operasional dan pengelolaan. Dengan begitu, menurutnya bisa menciptakan paradigma baru dalam hal jaringan nirkabel yang efisien, aman, mudah, dan terjangkau.

 

Melihat lalu lintas di Jalan Jakarta saat ini semakin padat karena jumlah kendaraan terus meningkat setiap tahunnya. Laporan Castrol-Magnatec Stop-Start Index yang dirilis oleh perusahaan minyak Castrol asal Inggris, menyatakan pengemudi di Jakarta melakukan 33.240 stop-start per tahun dan pengemudi di Surabaya melakukan 29.880 stop-start.

 

Sementara itu, studi oleh Boston Consulting Group yang bekerja sama dengan Uber, mengungkapkan bahwa pengemudi di Jakarta rata-rata terjebak kemacetan selama 22 hari per tahun. Untuk itu, transportasi umum menjadi jawaban untuk mengurangi kemacetan di Jakarta dan kota-kota di sekitarnya, mengingat Jakarta saat ini sedang giat melakukan pembangunan infrastruktur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement