Rabu 21 Feb 2018 18:10 WIB

Barang Impor Masih Dominasi E-commerce Indonesia

Bisnis e-commerce tidak dibarengi dengan perkembangan industri.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Dwi Murdaningsih
Calon pembeli melihat koleksi fashion terbaru mealui salah satu gerai E-Commerce melalui telfon genggamnya di Jakarta, Senin (31/7).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Calon pembeli melihat koleksi fashion terbaru mealui salah satu gerai E-Commerce melalui telfon genggamnya di Jakarta, Senin (31/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan, berkembangnya bisnis e-commerce di Indonesia tidak dibarengi dengan perkembangan industri. Sebab, belakangan ini, sektor industri justru cenderung menurun.

"Di sisi lain, kita sampaikan, sektor lain seperti komunikasi dan informasi bisa tumbuh dua digit. Hal ini bikin barang semakin turun tapi berdasarkan informasi, bisnis e-commerce dan bisnis pengantaran barang juga cukup tinggi. Nah barang siapa yang diantar?" ujar Staff Khusus Menperin Zakir Machmud di Jakarta, Rabu, (21/2).

Tumbasin, Layanan E commerce Pasar Tradisional Semarang

Ia menjelaskan, hal itu terjadi karena barang impor masih mendominasi dalam penjualan lewat e-commerce atau market place. "(Sebanyak)70 persen market place adalah reseller barang impor," kata Zakir.

Maka, kata dia, produk lokal harus didorong untuk masuk ke e-commerce. Hal itu karena, produk lokal pun sangat beragam mulai dari makanan hingga fashion.

"Jadi gimana caranya? Ya didorong dengan literasi. Pemerintah bisa bekerjasama dengan yang sudah ada untuk bikin pelatihan digital marketing, jadi nggak usah bikin baru," ujarnya.

Menurutnya, dengan semakin banyaknya produk lokal yang masuk ke e-commerce maka akan semakin banyak pula yang tahu produk tersebut. "Ini yang bisa kita eksplor," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement