REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro menilai, Indonesia memiliki modal untuk meraih momentum pertumbuhan ekonomi dan melompat menjadi negara maju. Ia mengaku, saat ini negara-negara dengan Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar di Asia mengalami masalah penuaan populasi atau ageing population.
Hal itu, kata Bambang, membuat negara-negara seperti Cina, Jepang, dan Korea Selatan sulit meningkatkan pertumbuhan ekonomi. "Kalau kita lihat struktur penduduk Indonesia sebenarnya Indonesia memiliki posisi yang sangat tepat untuk bisa meraih momentum dalam pertumbuhan ekonomi," ujar Bambang dalam sambutannya ketika membuka "Kickoff Meeting Persiapan Sensus Penduduk 2020" di Jakarta, Rabu (14/2).
Bambang mengatakan, Indonesia dan India bisa menjadi motor pertumbuhan ekonomi Asia karena memiliki jumlah penduduk dengan usia produktif yang besar. Bambang mengaku, saat ini Indonesia memiliki jumlah penduduk muda sebanyak 90 juta orang.
Meski begitu, menurut Bambang, kondisi Indonesia lebih baik dibandingkan India. "Kita punya keunggulan dibandingkan India karena India tidak memiliki family planning yang baik. Sehingga walau jumlah penduduk produktifnya banyak, tetapi jumlah penduduk itu saya katakan kebanyakan," ujar Bambang.
Ia mengaku,Indonesia memiliki penduduk dengan usia produktif yang besar dan jumlahnya cenderung terkendali. Ia mengatakan, berdasarkan data Survei Penduduk Antar Sensus (Supas) 2015, tingkat kelahiran total atau Total Fertility Rate (TFR) mencapai 2,28.
"Indonesia dalam posisi terbaik untuk benar-benar mendapatkan momentum pertumbuhan ekonomi sehingga bisa keluar dari middle income trap dan menjadi negara maju," ujarnya.
Menurut Bambang, sensus penduduk menjadi penting agar pemerintah bisa membuat rencana pembangunan yang tepat sasaran. Dengan itu, penduduk Indonesia bisa menjadi produktif dan berdaya saing tinggi.
Ia mengatakan, bonus demografi yang terjadi di Indonesia bisa menjadi masalah jika tidak ada lapangan kerja untuk kalangan muda. "Kita tidak ingin bonus demografi dari bonus menjadi beban kalau kita tidak bisa menciptakan lapangan kerja untuk kalangan muda," ujar Bambang.