Kamis 08 Feb 2018 16:58 WIB

Menperin Kejar Penurunan Pajak Mobil Sedan

Sedan didorong untuk tidak lagi masuk kategori barang mewah.

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Nur Aini
Seorang penjaga showroom mobil bekas di bilangan Kemayoran Jakarta, sedang memoles barang jajaran mobilnya agar terlihat bersih dan rapih, Selasa (3/10).
Foto: Republika/Darmawan
Seorang penjaga showroom mobil bekas di bilangan Kemayoran Jakarta, sedang memoles barang jajaran mobilnya agar terlihat bersih dan rapih, Selasa (3/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian tengah mengejar revisi struktur perpajakan dari industri otomotif untuk kendaraan jenis sedan. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengaku telah mengusulkan revisi untuk menurunkan tingkat Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk mobil sedan.

"Sudah kita masukkan ke Kementerian Keuangan sehingga nanti sedan tidak lagi berupa barang mewah. Dengan demikian kita bisa mendorong produksi sedan di Indonesia," ujar Airlangga di Jakarta, Kamis (8/2).

Ia mengatakan, saat ini produsen otomotif tidak tertarik memproduksi mobil sedan karena aturan pajak yang membuat harga jualnya melambung. Sedan kecil dengan silinder kurang dari 1.500 cc dikenakan PPnBM sebesar 30 persen. Sementara, mobil penumpang serbaguna dengan kapasitas mesin yang sama dikenakan pajak 10 persen.

Menurut Airlangga, mobil sedan banyak dibutuhkan masyarakat di luar negeri. Ia mencontohkan, saat ini terdapat peluang untuk mengejar ekspor sedan ke Australia. Hal ini karena pabrik otomotif di negeri kanguru tersebut mulai menghentikan produksi. "Ini menjadi peluang bagi Indonesia untuk mengekspor otomotif ke Australia," ujar Ketua Umum DPP Partai Golkar tersebut.

Airlangga belum mau memberikan rincian pengurangan beban pajak untuk mobil sedan. Akan tetapi, ia mengaku, revisi tersebut ditargetkan bisa selesai pada kuartal pertama 2018. Selain untuk mobil sedan, revisi tersebut juga akan mencakup produksi otomotif beremisi karbon rendah atau mobil listrik. "Kita targetkan selesai kuartal pertama 2018. Ini sudah masuk pembahasan sejak tahun kemarin," ujar Airlangga.

Airlangga mengaku akan terus berupaya mendorong ekspor terutama dari sektor industri manufaktur. Ia mengaku, pada 2017, industri manufaktur berkontribusi pada 74 persen total ekspor Indonesia.

Oleh karena itu, selain tetap menguasai pasar dalam negeri, industri tanah air juga perlu mengembangkan diri lewat peningkatan ekspor. Menperin juga mendukung ekspansi industri pengemasan, makanan dan minuman, serta semen ke mancanegara karena membutuhkan kedekatan dengan konsumen. Ia mengatakan, saat ini ada sekitar 50 pabrik di Vietnam dari perusahaan-perusahaan yang berbasis di Indonesia.

"Kami melihat global sebagai suatu pasar apakah kita akan ekspor produk maupun ekspansi perusahaan. Ini tantangan bagi industri yang ada," ujar Airlangga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement