REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonomi Indonesia pada 2017 tumbuh sebesar 5,07 persen dengan tingkat Produk Domestik Bruto mencapai Rp 13.588 triliun. Dengan capaian tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia meleset dari target yang ditetapkan dalam APBN-P 2017 yang sebesar 5,2 persen. Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto, semestinya ekonomi Indonesia bisa tumbuh lebih dari capaian saat ini.
"Kalau dilihat, apakah kita bisa tumbuh sampai 6 persen? Ya, bisa. Tapi, ada syaratnya," ujar Suhariyanto di Jakarta, Senin (5/2).
Suhariyanto menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia didukung pertumbuhan pada seluruh komponen pengeluaran yakni konsumsi rumah tangga, konsumsi Lembaga Nonprofit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT), konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi, serta ekspor. Konsumsi rumah tangga masih menjadi penyumbang kontribusi terbesar pada struktur Produk Domestik Bruto (PDB) dengan porsi mencapai 56,13 persen.
Pada 2017, laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 4,95 persen atau berada di bawah tingkat pertumbuhan ekonomi keseluruhan. Angka itu melambat dibandingkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada 2016 yang sebesar 5,01 persen.
Sementara itu, pertumbuhan ekspor tercatat memiliki performa paling baik yakni 9,09 persen dengan porsi 20,37 persen dari pembentuk PDB. Selain itu, investasi mengalami pertumbuhan sebesar 6,15 persen pada 2017 dengan porsi 32,16 persen.
"Pertumbuhan ekspor dan investasi bagus tapi pada saat yang bersamaan, konsumsi rumah tangga melambat. Kalau kita mau memacu pertumbuhan ekonomi sampai 6 persen, seluruh komponen terutama tiga komponen ini harus menggerakkannya," ujar Suhariyanto.
Ia mengatakan, untuk bisa meningkatkan konsumsi rumah tangga, situasi politik dan keamanan harus terus dijaga. Selain itu, pemerintah juga perlu terus menjaga daya beli dengan mengendalikan tingkat inflasi.
Capaian pertumbuhan investasi yang positif, katanya, perlu ditingkatkan dengan memangkas regulasi-regulasi yang menjadi penghambat investor. Sementara, untuk ekspor Indonesia, Suhariyanto mengaku, kinerjanya relatif cukup baik.
Akan tetapi, dia mengatakan Presiden Joko Widodo meminta kinerja tersebut ditingkatkan karena tingkat ekspor Indonesia masih kalah dibandingkan negara-negara tetangga. "Perlu ada diversifikasi pasar dan peningkatan ekspor barang yang memiliki nilai tambah," ujar Suhariyanto.