Senin 05 Feb 2018 01:12 WIB

Pengrajin Ijuk Cianjur Kehilangan Pesanan dari Luar Negeri

Cuaca ekstrem membuat bahan baku sulit didapatkan.

Red: Nur Aini
Perajin membuat sapu ijuk (ilustrasi)
Foto: chyrun.blogspot.com
Perajin membuat sapu ijuk (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Pengrajin ijuk di Cianjur, Jawa Barat, kehilangan kontrak pesanan dari luar negeri. Hal ini karena pasokan ijuk yang diolah menjadi alat rumah tangga sulit didapat sejak cuaca ekstrem.

Ikin Sodikin (50 tahun) dan Dedi Kontiadi (46 tahun) pemilik pabrik ijuk di Kampung Susukan, Desa Susukan Kecamatan Campaka, Cianjur,sejak satu bulan terakhir harus kehilangan pesanan dari sejumlah negara seperti Malaysia, Singapura, Jepang, dan Australia.

Dia menjelaskan, cuaca ekstrem hujan disertai angin berdampak sulitnya bahan baku ijuk dari petani. Sehingga, pengrajin tidak dapat memenuhi pesanan dari sejumlah negara yang sejak sembilan tahun terakhir selalu mereka penuhi.

"Musim penghujan disertai angin kencang, membuat bahan baku ijuk sulit didapat. Sekalipun ada harganya menjadi mahal Rp 3.000 per kilogram dari petani," kata Ikin pada wartawan, Ahad (4/2).

Dia menjelaskan, cuaca ekstrem yang hampir setiap hari terjadi wilayah Cianjur, membuat petani ijuk tidak dapat beraktivitas. Hal ini karena jalan ke tempat mengambil injuk sangat licin dan curam.

"Saat musim penghujan kualitas injuk jelek karena tidak terjemur panas matahari. Selama ini, ijuk yang berkualitas banyak dipesan negara Asia dan Eropa seperti ijuk jenis Kakaban dan Tebu," katanya.

Namun sejak satu bulan terakhir, kata Ikin, ijuk berbagai jenis yang mendatangkan rejeki untuk belasan karyawannya, sulit didapat. Bahkan, saat ini belasan karyawannya ikut mencari ijuk ke pelosok agar dapat memenuhi pesanan.

Untuk jenis Kakaban mereka biasa membeli Rp 3.000 per kilogram. Tebu yang sudah dikemas sudah diikat dan dibersihkan atau disisir Rp 7.000 per kilogram, biasanya dipakai untuk membuat sapu dan sikat.

"Sekarang susah paling dalam sehari hanya mendapatkan 25 kilogram yang siap dijual. Untuk tetap bertahan kami bersama karyawan harus berkeliling ke kampung-kampung untuk mendapatkan bahan baku ijuk," katanya.

Dia berharap pemerintah daerah dapat membantu dengan membuka lahan perkebunan aren di wilayah tersebut. Hal ini agar mereka dengan mudah mendapat pasokan seperti di wilayah lain karena usaha ijuk cukup menjanjikan.

"Biasanya pasokan yang banyak dari wilayah selatan, harganya di bawah dari harga saat ini. Harapan kami di Cianjur ada kebun aren mungkin petani dan pengusaha ijuk tidak kesulitan seperti sekarang," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement