Rabu 31 Jan 2018 14:10 WIB

Ewindo Targetkan Produksi Benih Hortikultura 4.700-an Ton

Tahun lalu Ewindo berhasil membukukan penjualan 2.500 ton.

Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian Spudnik Sujono (ketiga kiri) didampingi Managing Director PT East West Seed Indonesia (Ewindo) Glenn Pardede (keempat kanan) bersama jajaran direksi melepas truk pengangkut 710 ton benih kangkung untuk diekspor, di Purwakarta, Jawa Barat, Kamis (21/12).
Foto: Antara
Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian Spudnik Sujono (ketiga kiri) didampingi Managing Director PT East West Seed Indonesia (Ewindo) Glenn Pardede (keempat kanan) bersama jajaran direksi melepas truk pengangkut 710 ton benih kangkung untuk diekspor, di Purwakarta, Jawa Barat, Kamis (21/12).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- PT East West Seed Indonesia (Ewindo), perusahaan benih sayuran, berhasil membukukan penjualan benih hortikultura sebesar 2.500 ton atau meningkat 6 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2016. Angka penjualan ini didorong meningkatnya permintaan ekspor dari beberapa negara Asia.

"Ekspor meningkat sebagai akibat perubahan iklim yang ekstrem. Thailand misalnya, tahun ini terjadi banjir yang menyebabkan permintaan benih mereka meningkat pesat," ujar Managing Director Ewindo, Glenn Pardede di Jakarta.

Permintaan benih dari pasar lokal juga melonjak. Benih dengan merek Cap Panah Merah yang paling banyak dipesan petani adalah jagung manis, tomat, dan cabai.

Pada Desember lalu, Ewindo mengekspor benih kangkung sebanyak 710 ton yang dilakukan secara bertahap hingga Maret tahun ini. Ekspor itu ditujukan ke Jepang, Myanmar dan Thailand.

Selain kangkung, Ewindo juga mengekspor 19 crop tanaman di antaranya kacang panjang, paria, labu, dan mentimun ke negara Jepang, Singapura, Filipina, Vietnam, Hong Kong, India, Myanmar, Malaysia dan Thailand. "Ekspor benih sayuran ini merupakan salah satu wujud keseriusan Ewindo dalam mendukung Pemerintah untuk mewujudkan kemajuan sektor hortikultura nasional khususnya sayuran," ujar Glenn Pardede menambahkan.

Glenn Pardede memperkirakan permintaan benih hortikultura nasional pada 2018 akan meningkat seiring adanya instruksi dari Presiden Joko Widodo. Jokowi menginstruksikan kepada kementerian atau lembaga terkait sektor pertanian untuk fokus mengembangkan sektor hortikultura agar ada diversifikasi tanaman pangan yang mampu diproduksi di dalam negeri.

Dengan adanya instruksi itu, permintaan benih hortikultura diperkirakan meningkat pada tahun ini. Guna mendukung program pemerintah menggenjot sektor hortikultura, tahun ini Ewindo menargetkan produksi benih hortikultura sebesar 4,700-an ton.

"Kami optimistis dan masih akan mengembangkan produksi khusus ke wilayah-wilayah yang baru seperti Sulawesi dan Kalimantan karena di wilayah tersebut sulit mendapatkan benih yang unggul dan  ketersediaan benihnya juga terbatas," kata Glenn Pardede.

Untuk mengejar peningkatan ini, Ewindo berkomitmen untuk meningkatkan inovasi secara terus menerus, khususnya untuk menghasilkan benih jenis baru yang lebih tahan penyakit. Benih-benih baru yang dihasilkan merupakan varietas yang tahan terhadap serangan virus dan sangat unggul yang untuk dikembangkan, sehingga tingkat keberhasilannya lebih besar dan mampu meningkatkan pendapatan petani.

"Hingga saat ini Ewindo telah memproduksi lebih dari 150 varietas benih melalui serangkaian riset dan penelitian selama bertahun-tahun," ujar dia.

Selain menyediakan akses benih berkualitas, kontribusi Ewindo dalam memajukan sektor pertanian Indonesia khususnya sektor Hortikultura. Caranya dengan membuat wadah bagi para petani muda yakni Petani Muda Panah Merah (PMPM).

"Launching PMPM pertama kali diadakan di Provinsi Lampung, sebanyak 110 petani muda se-Provinsi Lampung sudah bergabung dan dalam dua tahun kedepan Ewindo menargetkan sebanyak 500 petani millenial dari seluruh Indonesia ikut bergabung," kata Glenn Pardede.

Untuk mendukung program PMPM, Ewindo juga mengembangkan aplikasi pertanian Sipindo. Aplikasi berbasis android ini dapat digunakan oleh para petani khususnya petani muda. Petani bisa mengakses informasi seperti tingkat kesuburan tanah, tata cara penanganan hama dan penyakit tanaman, pola dan musim tanam, prakiraan iklim dan cuaca, serta estimasi waktu panen dan perkiraan jumlah produksi.

Aplikasi itu juga bisa menjadi sumber informasi tentang harga komoditas di pasaran secara real time, hingga forum jual beli hasil panen dari pedagang pasar tradisional hingga retail modern. Ini untuk mengantisipasi permainan harga oleh para tengkulak.

PMPM merupakan wadah bagi para petani muda dengan tujuan menciptakan petani-petani muda yang tangguh dan handal dalam dunia pertanian khususnya hortikultura. Mereka akan dibekali dengan pelatihan dan pendampingan dalam menerapkan inovasi teknologi pertanian, pengendalian hama dan penyakit tanaman sayuran hingga penggunaan aplikasi Sipindo.

"Kami berharap dengan adanya wadah PMPM dan aplikasi Sipindo ini para petani-petani muda tersebut dapat menjadi contoh sekaligus mampu mentransfer ilmu kepada pemuda di daerah masing-masing," ujar Glenn Pardede.

Sampai dengan 2017, Ewindo telah bermitra dengan sekitar 12.500 petani produksi benih yang tersebar di Jawa Barat, Jawa Timur, NTT dan NTB. Selain itu Ewindo juga membina lebih dari 10 juta petani komersial yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Hingga saat ini Ewindo telah menghasilkan lebih dari 150 varietas benih unggul dan telah mendapatkan sertifikat dari Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura, ISO 9001:2008 dan akreditasi dari International Seed Testing Association.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement