Rabu 31 Jan 2018 05:30 WIB

Garap Kilang Bontang, Pertamina Ambil Bagian 10 Persen

Pembangunan kilang di Bontang ini bakal menelan biaya investasi Rp 130 triliun.

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
(Ki-ka) Sekretaris Perusahaan PT Pertamina (Persero) Syahrial Mukhtar, Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia PT Pertamina (Persero) Ardhy N. Mokobombang dan Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko PT Pertamina (Persero) Gigih Prakoso hadir dalam konferensi pers di Kantor Pertamina, Jakarta pada Selasa (30/1). Mereka menjelaskan penetapan mitra yang akan bersama menangani kilang di Bontang, Kalimantan Timur.
Foto: Fuji Pratiwi/Republika
(Ki-ka) Sekretaris Perusahaan PT Pertamina (Persero) Syahrial Mukhtar, Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia PT Pertamina (Persero) Ardhy N. Mokobombang dan Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko PT Pertamina (Persero) Gigih Prakoso hadir dalam konferensi pers di Kantor Pertamina, Jakarta pada Selasa (30/1). Mereka menjelaskan penetapan mitra yang akan bersama menangani kilang di Bontang, Kalimantan Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebelum keputusan investasi final (FID) ditetapkan, PT Pertamina (Persero) mengambil pangsa awal sebesar 10 persen tanpa mengeluarkan biaya di proyek kilang Bontang, Kalimantan Timur. Porsi ini bisa berubah setelah evaluasi, apalagi Pertamina berkomitmen terhadap produk hasil kilang ini untuk pasokan energi nasional.

Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko PT Pertamina (Persero), Gigih Prakoso menjelaskan, pangsa partisipasi Pertamina pada tahap persiapan, studi, sampai kajian teknologi adalah 10 persen tanpa mengeluarkan biaya. Setelah FID, Pertamina akan mengevaluasi kemungkinan penambahan atau pengurangan pangsa.

Pangsa 10 persen, kata Gigih, tidak berarti tidak punya suara. Bisa didesain di awal bahwa Pertamina punya komitmen untuk mengambil produk hasil pengolahan kilang Bontang. ''Kalau untuk kepentingan nasional, kami bisa minta mitra prioritaskan kebutuhan dalam negeri,'' ucap dia dalam konferensi pers penetapan mitra proyek kilang Bontang di Kantor Pertamina, Jakarta, Selasa (30/1).

Pangsa 10 persen ini juga belum final. Bila setelah FID posisi Pertamina sangat strategis dan harus mengambil pangsa lebih, Pertamina bisa mengambil itu. 10 persen di awal ini juga berkaitan dengan manajemen risiko, bukan soal tidak punya dana.

''Komitmen Pertamina untuk proyek ini besar. Meski 10 persen, proyek ini tetap jadi prioritas karena mendukung ketahanan energi nasional,'' ungkap Gigih.

Di proyek lain, lanjut Gigih, pangsa Pertamina sebagai mayoritas karena ingin terlibat sejak awal sampai pada menggaransi offtake. Skema di proyek Bontang memang agak lain karena dalam persiapan Pertamina mendorong mitra lebih berperan. Selain itu, tanah tempat protek berada adala tanah milik negara yang harus dipastikan dulu skema penggarapannya ke Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN).

Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia PT Pertamina (Persero) Ardhy N Mokobombang mengatakan, dalam waktu dekat Pertamina akan berdiskusi dan menyepakati kerangka kerja bersama mitra terpilih untuk menangani kilang Bontang. Kemudian, paket studi teknologi dan saintifik diperkirakan akan rampung pada pertengahan 2020.

Setelah itu baru Pertamina menetapkan keputusan akhir investasi (FID) untuk memutuskan kelaikan eksekusi proyek. Lalu 4-4,5 tahun akan mulai //on stream// di 2025.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement