Rabu 24 Jan 2018 19:02 WIB

BRI Fokus Perkuat Layanan untuk UMKM

Sektor UMKM dinilai memiliki ketahanan tinggi pada turbulensi.

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Nur Aini
Bank BRI
Foto: dok. Republika
Bank BRI

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Rakyat Indonesia (BRI) berkomitmen untuk terus mendukung pertumbuhan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Direktur Strategi Bisnis dan Keuangan BRI Haru Koesmahargyo menilai, sektor UMKM memiliki ketahanan tinggi pada turbulensi baik perubahan-perubahan makro ekonomi maupun pengaruh eksternal.

Haru mengaku, BRI akan meningkatkan fokus kepada sektor tersebut dengan memperluas porsi penyaluran kredit. "Untuk mikro kita targetkan menjadi 40 persen. Sekarang itu 33 persen (dari keseluruhan penyaluran kredit BRI)," ujar Haru di Jakarta, Rabu (24/1).

Untuk itu, kata Haru, BRI akan mempermudah akses perbankan kepada nasabah baik simpanan maupun pinjaman. Ia mengaku, hal itu untuk mendukung target pertumbuhan kredit, simpanan, dan laba BRI pada 2018 yakni mencapai pertumbuhan double digit.

Direktur Kredit Mikro dan Ritel BRI Priyastomo menjelaskan, terdapat tiga strategi untuk memperkuat penetrasi ke sektor UMKM yakni dengan meningkatkan kualitas pemasaran, proses bisnis, dan tenaga pemasar. Untuk meningkatkan kualitas pemasaran, Priyastomo akan mengincar kredit-kredit baik KUR maupun mikro yang telah lunas. "Kredit-kredit yang sudah lunas itu prioritas utama kita layani kembali," ujar Priyastomo.

Ia juga akan melakukan perbaikan proses bisnis dengan mengandalkan teknologi digital. Ia berharap, proses kredit bisa menjadi lebih cepat dari tiga hari menjadi hanya sehari. Selain berguna untuk memasarkan KUR, hal itu juga akan meningkatkan efisiensi bisnis. Menurutnya, hal itu perlu dilakukan mengingat terjadi penurunan bunga KUR dari 9 persen menjadi 7 persen pada 2018.

 

Sementara, untuk tenaga pemasar akandilakukan perbaikan dalam manajemen pelatihan. "Sehingga lebih jago dan ada reward supaya terpacu untuk tingkatkan produktivitas," ujarnya.

 

Baca juga: BRI Raup Laba Rp 29,04 Triliun pada 2017

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement