Selasa 23 Jan 2018 08:58 WIB

IMF Revisi Pertumbuhan Ekonomi Global

Revisi dilakukan melihat dampak kebijakan pajak AS.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Dana Moneter Internasional (IMF)
Foto: www.topnews.in
Dana Moneter Internasional (IMF)

REPUBLIKA.CO.ID, DAVOS -- Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi prediksi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2018 dan 2019. Hal ini melihat adanya kebijakan pemotongan pajak Amerika Serikat (AS) yang meluas, akan mendorong investasi dan membantu mitra dagang utamanya.

Menurut IMF kemungkinan pertumbuhan ekonomi AS akan melemah setelah 2022 karena insentif pembelanjaan dari pemotongan pajak tersebut. Adapun, Chief Economist IMF Maurice Obstfeld mengatakan, pemotongan pajak akan memperlebar defisit neraca transaksi AS, memperkuat nilai dolar AS, dan mempengaruhi arus investasi internasional.

"Pembuat kebijakan harus tetap sadar bahwa momentum ekonomi saat ini mencerminkan adanya pertemuan faktor-faktor yang tidak mungkin berlangsung lama," ujar Obstfeld dilansir Reuters, Selasa (24/1).

Menurut Obstfeld, keuntungan ekonomi dari pemotongan pajak, sebagian akan dikembalikan dalam bentuk pertumbuhan yang lebih rendah. Sebab, insentif pengeluaran sementara, terutama untuk investasi akan kadaluarsa karena meningkatnya utang federal.

Obstfeld mengatakan, kenaikan suku bunga yang tiba-tiba dapat menyebabkan keberlanjutan utang beberapa negara dan koreksi terhadap harga ekuitas. Sebelumnya diketahui, Presiden AS Donald Trump telah menandatangani perombakan pajak pada Desember 2017.

Kebijakan perombakan pajak ini merupakan yang terbesar sejak 1980-an. Kebijakan reformasi pajak yang diputuskan oleh Presiden Trump yakni pengurangan pajak korporat dari 35 persen menjadi 21 persen. Selain itu, Trump juga memutuskan adanya pengurangan beban pajak untuk individu.

Merujuk pada pertumbuhan di AS dan Cina, IMF memperkirakan pertumbuhan global menjadi 3,9 persen pada 2018 dan 2019. Prediksi pertumbuhan ekonomi tersebut meningkat 0,2 persen dari update terakhir pada Oktober 2017 lalu.

Perekonomian AS telah menunjukkan pertumbuhan tahunan yang stabil tetapi tidak menunjukkan tren positif sejak resesi di 2007-2009. Pada 2018, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS sebesar 2,7 persen. Namun, pertumbuhan ekonomi AS pada 2019 diproyesikan melambat menjadi 2,5 persen.

IMF juga merevisi pertumbuhan ekonomi Jepang menjadi 1,2 persen pada 2018 dan 0,9 persen di 2019. Adapun, IMF tidak merevisi pertumbuhan ekonomi Inggris yakni di angka 1,5 persen untuk 2018.

IMF juga tidak melakukan revisi prediksi pertumbuhan di pasar negara berkembang. Perekonomian Cina diperkirakan akan melebar sebesar 6,6 persen pada 2018 dan melambat menjadi 6,4 persen di 2019.

Sementara pertumbuhan di Timur Tengah, Afrika Utara, Afghanistan, dan Pakistan diperkirakan meningkat pada 2018 dan 2019. Namun, tetap stabil pada 3,6 persen. Di sisi lain, IMF memprediksi pertumbuhan di Afrika Selatan akan turun menjadi 0,9 persen karena adanya kekhawatiran dan ketidakpastian politik.

Sedangkan di Amerika Latin, dikatakan bahwa pertumbuhan akan terbebani oleh keruntuhan ekonomi di Venezuela. Adapun, di Brasil dan Meksiko terjadi peningkatan aktivitas ekonomi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement