Rabu 17 Jan 2018 21:33 WIB

Bulog: Beras Impor tak Melalui Pelabuhan Daerah Produsen

Ilustrasi Impor Beras
Foto: Foto : MgRol_94
Ilustrasi Impor Beras

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dirut Perum Bulog Djarot Kusumayakti mengungkapkan, beras yang akan diimpor maksimal sebanyak 500 ribu ton tidak melalui pelabuhan-pelabuhan di daerah produsen komoditas pangan tersebut. Hal itu supaya tidak memengaruhi harga beras di daerah yang menjadi produsen komoditas pangan utama tersebut, katanya di Cirebon, Jawa Barat, Rabu (17/1).

"Nanti titik-titik (masuknya) di wilayah-wilayah yang bukan sentra produksi beras seperti Bitung, Jakarta, Batam dan Medan," kata Djarot dalam Media Gathering 2018 yang digelar Perum Bulog.

Selain empat pelabuhan tersebut, rencananya juga melalui pelabuhan Aceh, NTB, Teluk Bayur dan Bali. Sebelumnya dalam rapat koordinasi terbatas di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada Senin (15/1) Perum Bulog secara resmi ditunjuk untuk mengimpor beras sebanyak 500 ribu ton.

Kebijakan impor beras ditempuh Kementerian Perdagangan dalam rangka menjaga stok di pasaran dan menstabilkan harga beras yang belakangan ini merangkak naik. Sebelumnya, Kemendag sudah menunjuk PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) sebagai BUMN yang melaksanakan impor beras, namun, penunjukan terhadap PT PPI dibatalkan dan diganti oleh Perum Bulog.

Menurut Djarot Kusumayakti ada beberapa ketentuan yang diatur terkait beras yang akan didatangkan tersebut yakni beras umum dengan tingkat kepecahan 0 sampai 20 persen. Tingkat kepecahan beras tersebut, lanjutnya, merujuk pada ketentunan Badan Standarisasi Nasional (BSN) dibedakan menjadi beras premium, medium I, medium II, dan medium III. Untuk jenis beras yang akan diimpor ini, masih masuk dalam golongan beras medium I.

Selain itu, tambahnya, 500 ribu ton tersebut adalah jumlah maksimal, artinya tidak bisa lebih dari angka itu namun bisa kurang. Kemudian, waktu yang ditetapkan bagi Perum Bulog untuk mengimpor maksimal sampai akhir Februari 2018 karena diperkirakan awal Maret masuk puncak musim panen raya, sehingga stok beras beredar harus dikontrol supaya harga beras dalam negeri tidak terganggu.

"Anggaran untuk mengimpor beras menggunakan dana Perum Bulog sendiri," ujar Djarot.

Selain itu, beras yang akan diimpor dari Thailand, Vietnam serta Pakistan tersebut nantinya tidak langsung didistribusikan ke pasar, namun untuk mengisi stok cadangan beras pemerintah (CBP). "Beras impor itu nanti bisa saja dikeluarkan oleh Bulog kalau memang diperlukan dan diputuskan oleh rapat koordinasi terbatas dengan kementerian terkait," katanya.

Menurut Dirut Bulog, sampai saat ini, pihaknya bersama Kemendag masih menjalankan operasi pasar beras untuk mengontrol stok dan menstabilkan harga beras medium di pasaran. Stok beras di gudang Bulog seluruh Indonesia tercatat sekitar 800 ribu ton dan masih dalam proses distribusi ke sejumlah wilayah yang mengalami kenaikan harga.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement