REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Meski telah mendapat imbauan, namun sejumlah pedagang beras masih juga tetap menjual beras kualitas premium di atas harga eceran tertinggi (HET) ketentuan pemerintah, Sabtu (13/1). Harga tersebut, menurut pedagang, karena modal saat memesan stok beras kepada agen sudah naik.
Beberapa pedagang beras di Pasar Tugu dan Pasar Pasir Gintung Kota Bandar Lampung, mengaku belum menurunkan harga beras terutama kualitas medium dan premium. Harga beras premium mereka jual masih bertahan kisaran Rp 12.500 hingga Rp 13.500 per kg, sedangkan beras medium berkisar Rp 9.500 hingga Rp 11.500 per kg.
"Harga beras tersebut bergantung dari kualitas dan mereknya, jadi kami tidak bisa turunkan, karena modalnya sudah naik," kata Karman, pedagang beras di Pasar Tugu Bandar Lampung.
Menurut dia, mengenai harga beras tidak bisa ditentukan dengan harga HET seperti ditentukan pemerintah. Harga beras bergantung dengan kondisi pasar. Artinya, ia mengungkapkan, kalau agen beras sudah naik, pengecer beras juga menaikkan harga. "Bukan kami yang mau menaikkan harga tapi memang dari sananya naik," ujarnya.
Hal sama terjadi di Pasar Pasir Gintung. Pedagang beras menjual beras premium Rp 13 ribu per kg. Pedagang belum mau menurunkan harga karena harga dari agen beras sudah naik saat memesan beberapa waktu lalu.
Operasi pasar (OP) yang digelar Bulog Divre Lampung belum juga menstabilkan harga beras di tingkat eceran. OP berlangsung Januari hingga Maret 2018. Meski telah digelar OP harga beras di pasaran masih tinggi Rp 13 ribuan per kg.
Satgas Pangan Lampung gencar memantau harga beras di pasaran. Menurut Ketua Satgas Pangan Lampung Kombes Aswin Sipayung, timnya sudah mengimbau pedagang untuk tidak menjual beras di atas HET. Imbauan tersebut masih terus dilakukan, agar harga beras tetap stabil.