Kamis 11 Jan 2018 02:16 WIB

Produksi Beras di Yogya Surplus, tak Perlu Impor

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Budi Raharjo
Padi berambut Ase Lapang dipanen secara tradisional menggunakan ani-ani (ketam).
Foto: Rakhmawaty La'lang/Republika
Padi berambut Ase Lapang dipanen secara tradisional menggunakan ani-ani (ketam).

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Produksi padi di DIY surplus. Kepala Dinas Pertanian DIY

Sasongko mengaku di bulan ini hamper setiap hari selalu diundang untuk menghadiri panen padi.

"Di DIY setiap tahun rata-rata surplus beras sekitar 200-250 ribu ton, Sementara produksi beras di DIY per tahun 920 ribu ton, sehingga banyak yang dijual keluar," kata Sasongko pada Republika, Rabu petang (10/1).

Dengan demikian stok beras di DIY cukup. Hal itu juga diakui Kepala Bulog Divre DIY Miftahul Ulum. Dikatakannya, stok beras DIY masih cukup aman. Kalau mengenai beras impor itu senjata terakhir. "Menerima atau tidaknya beras impor nanti, itu semua tergantung pimpinan," kata Miftahul pada Republika.

"Kalau memang di suatu daerah kurang atau panen tidak berhasil, mau tidak mau saya kira harus menerima itu (beras impor)," katanya.

Lebih lanjut Sasongko mengungkapkan meskipun beras di DIY cukup stoknya, ada kenaikan harga beras. Penyebab kenaikan harga beras antara lain karena musim hujan ada penambahan biaya untuk pengeringan gerabah dan menambah tenaga. Ada pula karena di luar DIY harga naik, maka secara otomatis harga beras di DIY menyesuaikan. Kalau tidak ikut naik, nanti beras di DIY diserbu dan bisa habis.

Di bulan ini panen padi di DIY merata di empat kabupaten (Gunungkdul, Kulon Progo, Bantul dan Sleman). Setiap lokasi panennya bisa mencapai 25-30 hektar. "Jadi di bulan ini rata-rata dalam sehari yang tanaman padi yang dipanen 100 hektare lebih," ungkap Sasongko.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement