REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu (10/1), bergerak melemah tipis sebesar satu poin menjadi Rp 13.439 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp 13.438 per dolar AS.
"Mata uang dolar AS bergerak menguat terhadap sejumlah mata uang dunia, termasuk rupiah menyusul munculnya kembali sentimen kenaikan suku bunga AS pada tahun ini," kata analis Monex Investindo Futures Putu Agus di Jakarta, Rabu (10/1).
Ia mengemukakan bahwa dolar AS mendapatkan dukungan kembali setelah salah satu pejabat The Fed menyatakan penaikan suku bunga sebanyak tiga kali pada tahun ini, mengingat ekonomi Amerika Serikat akan mendapatkan keuntungan dari kebijakan reformasi pajak serta rendahnya jumlah pengangguran.
Kendati demikian, lanjut dia, apresiasi dolar AS relatif masih terbatas di tengah harga minyak mentah dunia yang masih menunjukkan tren penguatan sehingga menjaga mata uang berbasis komoditas.
Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI crude pada Rabu (10/1) pagi ini menguat 0,75 persen menjadi ke posisi 63,43 dolar AS per barel. Sementara minyak mentah jenis brent crude naik 0,49 persen ke 69,16 dolar AS per barel.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan bahwa nilai tukar rupiah bergerak mendatar, data ekonomi nasional yang cukup positif menjaga fluktuasi mata uang domestik di tengah sentimen kenaikan suku bunga AS.
"Cadangan devisa Indonesia yang meningkat serta data penjualan eceran pada bulan November 2017 yang tumbuh akan mejaga mata uang domestik," katanya.