Ahad 31 Dec 2017 17:59 WIB

Kredit Perbankan Alami Perlambatan pada November 2017

Rep: Binti Sholikah/ Red: Elba Damhuri
Pertumbuhan Kredit Properti Stagnan: Suasana pembangunan gedung bertingkat di kawasan Cawang, Jakarta, Selasa (10/2).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Pertumbuhan Kredit Properti Stagnan: Suasana pembangunan gedung bertingkat di kawasan Cawang, Jakarta, Selasa (10/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan kredit perbankan pada November 2017 mengalami perlambatan. Penyaluran kredit pada November 2017 tercatat sebesar Rp 4.635,0 triliun atau tumbuh 7,4 persen (yoy) lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 8,1 persen (yoy).

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Agusman, mengatakan perlambatan pertumbuhan kredit perbankan terjadi pada kredit modal kerja (KMK) dan kredit investasi (KI).

KMK tumbuh melambat dari 8,1 persen (yoy) pada Oktober 2017 menjadi 7,3 persen (yoy). Kredit investasi (KI) juga tumbuh melambat dari 5,5 persen (yoy) pada Oktober 2017 menjadi 4,6 persen (yoy). Kredit konsumsi (KK) tercatat sebesar Rp 1.353,3 triliun, tumbuh stabil 10,2 persen (yoy).

"Berdasarkan sektor ekonominya, perlambatan pertumbuhan KMK dan KI didorong oleh melambatnya kredit yang disalurkan kepada sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan," kata Agusman dalam siaran pers "Analisis Uang Beredar November 2017", akhir pekan ini.

KMK pada kedua sektor tersebut masing-masing tumbuh melambat dari 7,6 persen (yoy) dan 11,8 persen (yoy) menjadi sebesar 5,5 persen (yoy) dan 9,4 persen (yoy). KI untuk sektor industri pengolahan tumbuh melambat dari 4,3 persen (yoy) menjadi 1,1 persen (yoy). Sementara KI untuk sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan tumbuh melambat dari 9,6 persen (yoy) menjadi 7,8 persen (yoy) pada November 2017.

Kondisi sebaliknya terjadi pada kredit properti yang mengalami akselerasi dari tumbuh 13,0 persen (yoy), menjadi 13,6 persen (yoy). Kenaikan ini khususnya didorong oleh kredit yang disalurkan pada sektor konstruksi serta kredit kepemilikan rumah (KPR) dan kredit kepemilikan apartemen (KPA).

Agusman menjelaskan pertumbuhan kredit konstruksi terutama disebabkan oleh peningkatan pertumbuhan kredit pada sektor konstruksi perumahan sederhana dan konstruksi bangunan jalan tol. Selanjutnya, pertumbuhan KPR dan KPA juga mencatatkan pertumbuhan dari 10,8 persen (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 11,0 persen (yoy).

Dengan begitu keduanya mencapai posisi Rp 402,9 triliun pada November 2017. Namun demikian, pertumbuhan kredit real estate tercatat melambat menjadi sebesar 8,7 persen (yoy), dari sebelumnya 9,5 persen (yoy).

Di sisi lain, suku bunga kredit dan suku bunga simpanan berjangka mengalami penurunan yang mencerminkan pengaruh pelonggaran kebijakan moneter melalui transmisi suku bunga. Rata rata suku bunga kredit perbankan tercatat sebesar 11,45 persen, turun 10 basis points dari bulan sebelumnya.

Demikian juga dengan suku bunga simpanan berjangka dengan tenor 1, 3, 6, 12 dan 24 bulan masing-masing tercatat sebesar 5,80 persen, 6,17 persen, 6,63 persen, 6,82 persen dan 6,72 persen atau turun dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 5,89 persen, 6,32 persen, 6,74 persen, 6,93 persen dan 6,93 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement