REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu sore (20/12), bergerak melemah tipis sebesar tiga poin menjadi Rp 13.579 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp 13.576 per dolar Amerika Serikat (AS).
"Rupiah bergerak mendatar dengan kecenderung melemah, pelaku pasar uang di dalam negeri saat ini sedang terfokus pada perkembangan kebijakan reformasi pajak di Amerika Serikat," ujar Analis PT Monex Investindo Futures, Putu Agus Pransuamitra di Jakarta, Rabu.
Ia mengemukakan senat Amerika Serikat beberapa waktu lalu telah meloloskan RUU Pajak yang kemudian diserahkan ke DPR Amerika Serikat untuk proses pemungutan suara kembali. Terdapat beberapa perubahan, jika sudah disetujui maka RUU Pajak itu akan dikirim ke Presiden AS Donald Trump.
"Prosesnya diperkirakan masih dua hari ke depan untuk disahkan menjadi Undang-Undang, kemungkinan sebelum liburan Natal," katanya.
Ia mengungkapkan jika program reformasi pajak AS itu disahkan sesuai prediksi pasar maka ruang bagi dolar AS untuk melanjutkan penguatan cukup terbuka terhadap mata uang dunia, termasuk rupiah. "Pasar optimis program itu akan mendorong pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat, termasuk merangsang dana repatriasi dari perusahaan multinasional kembali ke AS," katanya.
Kendati demikian, menurut dia, fundamental ekonomi nasional yang cukup kondusif dapat menjaga pergerakan rupiah sesuai dengan fundamentalnya. Sehingga rupiah diperkirakan bergerak terbatas dari level saat ini.
Research Analyst FXTM, Lukman Otunuga mengatakan bahwa optimisme yang meningkat terhadap ekonomi Indonesia dapat menjaga fluktuasi mata uang rupiah, namun investor juga harus mengingat bahwa kebijakan AS itu dapat memicu arus keluar modal untuk pasar berkembang. "Arus keluar modal dapat menahan laju rupiah," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu (20/12) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp 13.579 dibandingkan posisi sebelumnya Rp 13.587 per dolar AS.