Rabu 20 Dec 2017 00:48 WIB

Industri Ritel akan Menggeliat Tahun Depan, Apa Pemicunya?

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Nur Aini
Suasana minimarket Seven Eleven yang telah disegel di Jalan Warung Buncit, Jakarta Selatan, Jumat (23/12)
Foto: Republika/ Raisan Al Farisi
Suasana minimarket Seven Eleven yang telah disegel di Jalan Warung Buncit, Jakarta Selatan, Jumat (23/12)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri ritel diproyeksikan akan kembali menggeliat pada 2018. Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudistira memprediksi, pertumbuhan ritel tahun depan akan didorong oleh konsumsi rumah tangga.

Ia menjelaskan, pada 2018, jumlah masyarakat yang akan menerima dana bantuan sosial dari Program Keluarga Harapan (PKH) akan naik signifikan. Ada tambahan sebesar 4 juta penerima sehingga menjadi 10 juta keluarga penerima manfaat PKH secara total.

"Konsumsi rumah tangga tumbuh di kisaran 5-5,1 persen tahun depan masih mungkin," ujarnya, ketika dihubungi Republika.co.id, Selasa (19/12).

Adapun faktor penghambat pertumbuhan ritel di 2018, menurut Bhima, yakni dampak negatif dari tahun politik yang membuat masyarakat kelas menengah atas cenderung menahan belanja. "Daya beli ada, tapi kekhawatiran politik jadinya wait and see."

Karena menahan belanja, masyarakat golongan tersebut memilih menyimpan uangnya di bank. Sehingga, Bhima memperkirakan, Dana Pihak Ketiga (DPK) pada tahun depan pertumbuhannya masih tetap tinggi.

Secara keseluruhan, Bhima optimistis pertumbuhan industri ritel di 2018 akan berada di atas 5,5 persen. Angka ini lebih tinggi dibanding prediksi tahun ini yang diperkirakan hanya akan berada di level 5 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement