Jumat 15 Dec 2017 20:29 WIB

Indonesia Dinilai Perlu Semakin Giat Ekspor ke Negara Baru

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Nur Aini
Aktivitas ekspor impor (ilustrasi).
Foto: bea cukai
Aktivitas ekspor impor (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ekonom Universitas Gajah Mada (UGM) Tony Prasetiantono mengimbau pemerintah untuk semakin giat meningkatkan ekspor ke negara nontradisional. Hal ini, menurutnya, dapat menjadi solusi untuk mengatasi surplus neraca perdagangan yang terus merosot.

"Terus melanjutkan inisiatif mencari pasar baru, yakni di Afrika dan Amerika Latin sebagai destinasi ekspor. Masih banyak negara yang bisa dieksplorasi," ujar Tony ketika dihubungi Republika.co.id, Jumat (15/12).

Tony menjelaskan, nilai surplus neraca perdagangan Indonesia masih bergantung pada fluktuasi harga komoditas. Ia mencontohkan, pada bulan lalu harga komoditas mengalami penurunan ketika harga minyak justru naik. Ia mengaku, biasanya kenaikan harga minyak diikuti dengan kenaikan harga komoditas. "Kali ini tidak begitu, tanpa kita bisa menjelaskan penyebabnya. Akibatnya, surplus perdagangan kita merosot," ujar Tony.

Tony mengaku, peningkatan impor bahan baku dan barang modal juga turut menekan surplus neraca perdagangan. Akan tetapi, menurutnya, impor barang modal adalah hal yang baik karena menunjukkan peningkatan gairah investasi. Hal itu kemudian akan berdampak mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. "Data ini sesuai dengan data pertumbuhan investasi sebesar 17 persen pada kuartal ketiga 2017. Surplus mengecil, namun masih bisa dipahami alasannya. Reasonable," ujar Tony.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement