Selasa 12 Dec 2017 15:32 WIB

Menko Perekonomian Ingin Tingkatkan Energi Baru Terbarukan

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nur Aini
Menko Perekonomian Darmin Nasution menjadi pembicara pada acara 100 CEO Forum di Jakarta, Rabu (29/11).
Foto: Yasin Habibi/ Republika
Menko Perekonomian Darmin Nasution menjadi pembicara pada acara 100 CEO Forum di Jakarta, Rabu (29/11).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution berharap Energi Baru Terbarukan dapat mengambil peran lebih dalam penyediaan energi nasional. Sebab, pertumbuhan ekonomi harus disokong oleh tersedianya energi.

Dalam keynote speech di Pertamina Energy Forum (PEF) 2017 yang dibacakan oleh Deputi Menko Perekonomian Montty Girianna, Darmin Nasution mengaku optimistis dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya. Pada semester pertama 2017, ekonomi Indonesia tumbuh 5,01 persen. Selama periode 2000-2017, produktivitas Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh rata rata 5,29 persen per tahun.

Jika pertumbuhan ini dapat terus dipertahankan, dia menilai wajar jika berbagai pihak memproyeksikan bahwa Indonesia akan menjadi salah satu dari lima ekonomi terbesar di dunia pada 2050. Kehadiran usia produktif dan kelas menengah, kata Darmin, akan menyokong produktivitas serta tingkat konsumsi domestik, yang ujung-ujungnya akan mampu menggerakkan perekonomian nasional.

"Namun, perlu kita sadari bahwa pertumbuhan ekonomi tentunya harus disokong oleh tersedianya energi. Hal ini tentunya akan menyebabkan meningkatnya kebutuhan energi energi di Indonesia dari tahun ke tahun," ujar Darmin, Selasa (12/12).

Dengan laju pertumbuhan penduduk yang mencapai 1,38 persen per tahun, dia dapat memastikan bahwa Indonesia akan butuh lebih banyak energi di masa mendatang. Data menunjukkan kebutuhan minyak mentah akan naik 3 persen per tahun di masa mendatang. Sementara, suplai minyak mentah hanya akan naik 2,8 persen, akibat penurunan alamiah serta faktor lainnya.

Begitu pula dari sisi gas bumi, pada 2025, diproyeksikan Indonesia harus mengimpor 40 persen dari kebutuhan, akibat rendahnya produksi dan melesatnya permintaan. Menurut Darmin, kondisi ini harus segera disiasati bersama. Indonesia perlu mencari sumber energi alternatif untuk menjaga, bahkan mempercepat putaran roda ekonomi.

"Di sinilah kita semua berharap bahwa Energi Baru Terbarukan dapat mengambil peran lebih dalam penyediaan energi nasional," katanya.

Ia menjelaskan, Pemerintah Indonesia melalui PP 79/2014 telah mengatur target bauran energi nasional, di mana ditargetkan, kontribusi EBT terhadap bauran energi dapat mencapai 23 persen pada 2025 dan 31 persen pada tahun 2050.

"Diharapkan akan terjadi peningkatan sebesar 700 persen dimana EBT akan berperan vital dalam future energy mix," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement