REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE), Mohammad Faisal, menilai kenaikan harga minyak dunia akibat dampak konflik Iran dan Israel menjadi momentum bagi percepatan transisi energi baru dan terbarukan (EBT).
“Ketika energi fosil sudah mahal, tentu menjadi kurang kompetitif. Ini semestinya dimanfaatkan untuk mendorong pengembangan energi terbarukan,” ujar Faisal ketika dihubungi ANTARA dari Jakarta, Senin (16/6/2025).
Faisal menjelaskan, selama ini pengembangan EBT terkendala oleh murahnya harga energi fosil, yang menyebabkan energi terbarukan menjadi kurang kompetitif secara ekonomi. Karena itu, lonjakan harga minyak global harus dimanfaatkan pemerintah untuk mendorong pengembangan proyek-proyek EBT.
“Fenomena ini semestinya menjadi dorongan untuk beralih ke energi terbarukan, menjadi stimulus,” kata dia.
Terkait dampak kenaikan harga minyak terhadap perekonomian Indonesia, Faisal menyebutkan adanya potensi penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) domestik, khususnya bila harga minyak dunia menembus 80 dolar AS per barel.
“Biasanya berdampak bukan hanya ke ongkos transportasi, melainkan ke harga barang-barang lain, terutama bahan pangan,” ujarnya.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan, asumsi dasar ekonomi makro APBN 2025 untuk harga minyak mentah Indonesia (ICP) ditetapkan sebesar 82 dolar AS per barel. Sebagai perbandingan, ICP rata-rata pada Mei 2025 berada di angka 65,29 dolar AS per barel.
Saat ini, harga minyak dunia melonjak ke kisaran 72–74 dolar AS per barel, masih di bawah asumsi ICP dalam APBN 2025.
Kenaikan harga minyak global dipicu oleh konflik bersenjata antara Iran dan Israel. Pada Jumat (13/6), Pasukan Pertahanan Israel (IDF) meluncurkan operasi militer Operation Rising Lion dengan menyerang target militer dan fasilitas program nuklir Iran.
Angkatan Udara Israel melakukan serangan dalam beberapa gelombang di berbagai wilayah Iran, termasuk Ibu Kota Tehran. Dalam serangan tersebut, sejumlah pejabat militer tinggi Iran dilaporkan tewas, termasuk Kepala Staf Umum Militer Iran Jenderal Mohammad Bagheri, beberapa komandan Garda Revolusi, serta sejumlah ilmuwan nuklir.
Sebagai balasan, Iran meluncurkan Operation True Promise 3, yang menyerang fasilitas militer milik Israel.
Kementerian Kesehatan Iran melaporkan 128 orang tewas dan 900 lainnya cedera akibat serangan Israel sejak Jumat. Sementara itu, otoritas Israel menyebut sedikitnya 13 orang tewas dan lebih dari 370 orang lainnya cedera akibat serangan rudal Iran.
View this post on Instagram