REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa (21/110, bergerak menguat tipis sebesar empat poin menjadi Rp 13.525 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp 13.520 per dolar AS.
"Dolar AS menguat karena harga minyak mentah dunia memasuki fase konsolidasi," kata Kepala Riset monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Selasa (21/11).
Terpantau harga minyak jenis WTI Crude bergerak menguat ke level 56,50 dolar AS per barel, dan Brent Crude stabil di posisi 62,32 dolar AS per barel. Di sisi lain, ia menambahkan bahwa menjelang rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada pekan depan dengan proyeksi pasar The Fed akan menaikan suku bunga, memicu akumulasi dolar AS.
"Kenaikan suku bunga The Fed menimbulkan minat investor untuk mengumpulkan dolar AS, situasi itu akan menahan laju mata uang di negara-negara berkembang, termasuk rupiah," tuturnya.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa dari dalam negeri, survei Pemantauan Harga Bank Indonesia pada pekan kedua November 2017 menyebutkan bahwa inflasi bulanan sebesar 0,18 persen, atau menunjukkan sedikit peningkatan dibanding pekan pertama yang sebesar 0,14 persen.
"Itu secara tidak langsung berimbas pada melemahnya laju rupiah," ujarnya