REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Seiring perubahan zaman, keterampilan teknologi pada tenaga kerja tidak boleh dilupakan. Bilapun tak terserap di bursa kerja, SDM terampil bisa tingkatkan dunia wirausaha.
Menteri Tenaga Kerja Muhammad Hanif Dhakiri mengatakan, di antara kelompok pekerja, ada pekerja miskin. Mereka bekerja namun penghasilannya tidak memadai. Umumnya mereka adalah pekerja berpendidikan rendah.
Para pekerja miskin juga yang terancam pemutusan hubungan kerja (PHK) karena kurang terampil teknologi. Sementara industri terus berubah menyesuaikan perkembangan teknologi.
Teknologi adalah alat intervensi. Di Pelatihan di Balai Latihan Kerja (BLK), 30 persennya berupa teori. Hal itu akan dimigrasi ke pembelajaran elektronik (e-learning) untuk memasifkan proses belajar, baik untuk fasilitator seperti guru maupun calon tenaga kerja.
''Ada empat juta guru secara nasional, kalau guru butuh peningkatan kualitas, mau berapa lama? Maka butuh terobosan melalui teknologi,'' tutur Hanif usai menyaksikan penandatanganan kerja sama program magang Provinsi Bengkulu dengan International Manpower Development Organization Japan (IM Jepang) di Kota Bengkulu, Jumat (17/11).
Kalau terjadi PHK, lanjut Hanif, pemerintah tidak cukup hanya mengcek proses PHK dilakukan sesuai prosedur dan hak pekerja dibayar dengan benar. ''Setelah itu apa? Jadi persoalan baru kalau mereka yang terkena PHK tidak mendapat kerja baru atau tidak berwirausaha,'' ungkap Hanif.
Salah satu jembatannya adalah memberi akses baik untuk dapat pelatihan kerja berkualitas. Kalau angkatan kerja tidak diserap di bursa kerja, mereka harus mendapat pelatihan berkualitas. Kalau yang terkena PHK dilatih, mereka bisa diserap di lapangan kerja baru atau punya usaha sendiri yang baik.
Apalagi wirausahawan nasional masih sedikit. Kalau wirusaha bagus, ekonomi juga membaik. Wirausaha banyak ditopang anak-anak muda. Alumni magang berkualitas seperti alumni magang di Jepang juga banyak jadi wirusahawan.