Jumat 10 Nov 2017 16:03 WIB

14 Tahun IPO, BRI Yakin Jadi Most Valuable di Asia Tenggara

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Dwi Murdaningsih
Direktur Utama BRI Suprajarta menjelaskan optimisme perusahaan dan peningkatan saham BRI yang terus terjadi, Jumat (10/11).
Foto: Republika/Melisa Riska Putri
Direktur Utama BRI Suprajarta menjelaskan optimisme perusahaan dan peningkatan saham BRI yang terus terjadi, Jumat (10/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) terus mengalami peningkatan saham. Saat ini, saham BRI telah mencapai Rp 16.450 dengan nilai kapitalisasi pasar menembus Rp 405 triliun.

Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan 14 tahun lalu, saat BRI pertama kali melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Bahkan, BRI pernah menyentuh harga saham tertinggi Rp 16.850 per lembar. Direktur Utama BRI Suprajarto mengatakan, pada waktu pertama kali diperdagangkan yakni 10 November 2003, tercatat saham BRI seharga Rp 875 per lembar dengan kapitalisasi pasar Rp 11,47 triliun.

"Hal tersebut tidak lain berkat komitmen BRI untuk fokus pada bisnisnya yaitu segmen UMKM serta terus melakukan inovasi menghadapi yang terjadi di lingkungan bisnis," katanya sebelum melakukan pembukaan perdagangan di BEI, Jumat (10/11).

Sejak pertama kali Initial public offering (IPO) hingga saat ini, kata dia, BRI mampu mencatatkan kinerja cemerlang setiap tahunnya. Hal itu tentunya berdampak positif pada kenaikan harga saham BRI. Bank BRI pun tercatat sebagai Bank BUMN dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia. Selain itu, Bank BRI juga masuk dalam empat besar bank dengan kapitalisasi pasar atau market cap terbesar di wilayah Asia Tenggara.

"Pencapaian pencapaian di atas tentunya kami syukuri dan kami jadikan motivasi sebagai pelecut untuk mencapai visi BRI menjadi The Most Valuable Bank in Southeast Asia di tahun 2022," kata Suprajarto.

Selain merayakan perjalanan panjang di BEI, pagi tadi secara resmi juga diperdagangkan saham BRI dengan harga setelah stock split. Sesuai dengan hasil RUPSLB Oktober 2017 lalu diseakati adanya stock split saham BRI dengan rasio 1:5.

Dengan stock split, ia berharap terjadi peningkatan likuiditas perdagangan saham BRI.

"Dan tujuan utama stock split, pemegang saham BRI atau investor ritel akan meningkat sehingga berdampak pada frekuensi perdaganga shaam BRI juga akan semakin meningkat," katanya. Sebelumnya, Bank BRI sendiri sudah pernah melakukan stock split dengan rasio 1:2 pada 2011 yang lalu.

Direktur BEI Samsul Hidayat mengatakan, ini merupakan suatu pembuktian sejarah bhwa menabung saham adalah investasi yang baik.

"Kami harapkan perusahaan yang melantai di BEI bisa mengikuti jejak baik BRI," katanya.

Begitu juga dengan kesigapan BRI dalam menyesuiakan diri terhadap perkembangan teknologi. Ia melanjutkan, perusahaan BUMN tersebut telah memiliki satelit guna mendukung digitalisasi perbankan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement