Ahad 05 May 2024 11:59 WIB

Mayoritas Analis Rekomendasikan Beli Saham BBRI

Laba bersih BBRI relatif tumbuh stabil didukung pendapatan yang kuat.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ferry kisihandi
Karyawan beraktivitas di dekat layar elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (19/4/2024). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 7.087 melemah 79,49 poin atau minus 1,11 persen dari perdagangan sebelumnya. Pelemahan IHSG terjadi usai Israel membalas serangan Iran. Ketegangan Iran dengan Israel yang semakin memanas tersebut menimbulkan sintimen negatif terhadap pasar modal Tanah Air.
Foto: Republika/Prayogi
Karyawan beraktivitas di dekat layar elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (19/4/2024). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 7.087 melemah 79,49 poin atau minus 1,11 persen dari perdagangan sebelumnya. Pelemahan IHSG terjadi usai Israel membalas serangan Iran. Ketegangan Iran dengan Israel yang semakin memanas tersebut menimbulkan sintimen negatif terhadap pasar modal Tanah Air.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk berhasil mencetak laba Rp 15,98 triliun hingga akhir Triwulan I 2024. Atas pencapaian tersebut, mayoritas analis pasar modal tetap memasang rekomendasi ‘’Buy’’ atau ‘’Beli’’ untuk saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).

Mengutip Bloomberg Technoz, berdasarkan konsensus Bloomberg, sebanyak 33 analis atau 97,1 persen memasang rekomendasi ‘’Beli’’ untuk BBRI. Hanya ada satu analis yang memberikan rekomendasi ‘’Tahan’’. 

Baca Juga

Dalam konsensus tersebut target harga untuk saham BBRI untuk 12 bulan depan masih tinggi di angka Rp 6.653. Hingga akhir Maret 2024 tercatat BRI berhasil menyalurkan kredit Rp1.308,65 triliun atau tumbuh double digit sebesar 10,89 persen year on year

Dari penyaluran kredit tersebut, 83,25 persen di antaranya atau Rp 1.089,41 triliun merupakan portofolio kredit untuk segmen UMKM. Penyaluran kredit yang tumbuh double digit tersebut berdampak terhadap meningkatnya aset perseroan.

Tercatat aset BRI mencapai Rp 1.989,07 triliun atau tumbuh 9,11 persen yoy. Apabila dirinci, seluruh segmen pinjaman BRI tercatat tumbuh positif, segmen mikro tercatat tumbuh 10,51 persen yoy menjadi Rp622,61 triliun.

Segmen konsumer tumbuh 11,62 persen yoy menjadi Rp193,96 triliun, segmen kecil dan menengah tumbuh 8,06 persen yoy menjadi Rp272,85 triliun dan segmen korporasi tumbuh 15,10 persen yoy menjadi Rp219,24 triliun.

Analis Sucor Sekuritas Edward Lowis dalam riset terbarunya mengatakan laba bersih BBRI relatif tumbuh stabil didukung pendapatan yang kuat sehingga bisa meng-cover pencadangan. Net interest income (NII) tumbuh sehat 16 persen, didorong pertumbuhan kredit yang kuat.

Dengan kinerja tersebut, Sucor memberikan rekomendasi ‘’Beli’’ untuk saham BBRI dengan target harga Rp 6.400. "Target harga kami setara dengan 2,8x price to book pada 2024 dengan asumsi return on equity 23 persen dengan cost to equity 12 persen," ujarnya dalam keterangan tertulis, Ahad (5/5/2024).

Analis Ciptadana Sekuritas Erni Marsella Siahaan dalam riset terbarunya mengatakan perolehan laba bersih BRI (BBRI) yang juga turun 1,4 persen secara kuartalan itu sejatinya sedikit di bawah perkiraannya. 

Namun, laba bersih BRI (BBRI) masih in-line dengan perkiraan konsensus, yakni setara 24 persen dari perkiraan satu tahun penuh.

Meski demikian, Erni menggarisbawahi NIM BRI akan terpengaruh kenaikan suku bunga acuan. Manajemen BRI (BBRI) telah merevisi target NIM 20 bps lebih rendah menjadi 7,6-8 persen dari sebelumnya 7,8-8 persen.

Erni mempertahankan rekomendasi ‘’Buy’’ dengan target harga Rp 7.000/saham. Target harga ini sendiri lebih rendah dari target sebelumnya Rp7.150/saham.

Sebelumnya, Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan optimisme perseroan mencapai pertumbuhan kredit double digit di tengah era suku bunga tinggi. 

Seperti diketahui, hingga akhir kuartal I-2024 tercatat Loan to Deposit Ratio (LDR) bank pada akhir Maret 2024 sebesar 83,28 persen. Dari sisi permodalan, BRI juga mampu menjaga rasio permodalan yang kuat dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 23,97 persen.

“Saat ini kami tidak memiliki isu likuiditas karena masih longgar. Kami akan terus mempertahankan likuiditas tersebut secara sehat dan mempertahankan pertumbuhan kredit double digit,” tambahnya.

BRI pun optimistis pertumbuhan kredit di tahun ini dapat tercapai sesuai target yang ditetapkan pada awal tahun, yakni double digit dikisaran 10-12 persen yoy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement