Sabtu 04 Nov 2017 12:38 WIB

Industri Wisata Halal Harus Perhitungkan Muslim Milenial

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Pemuda Muslim. ilustrasi
Foto: newswire
Pemuda Muslim. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muslim milenial yang jumlahnya sepertiga dari total wisatawan Muslim memiliki kecenderungan tersendiri dalam berwisata. Meski di sisi nilai masih kecil, segmen ini potensial seiring peningkatan pendapatan.

Laporan terbaru dari Mastercard-HalalTrip Muslim Millenial Travel Report 2017 (MMTR2017) memaparkan, 46 persen Muslim milenial berwisata dua hingga lima kali dalam setahun dengan durasi empat hingga enam hari. Selain untuk liburan, mereka melakukan perjalanan untuk menikmati budaya dan warisan lokal atau mengunjungi teman.

Segmen ini sangat memerhatikan biaya dengan pengeluaran rata-rata 101-500 dolar AS. Biaya penerbangan dan akomodasi, keamanan dan kekhawatiran terhadap terorisme, serta ketersediaan makanan halal, merupakan tiga faktor utama yang penting bagi mereka. Pemilihan makanan akan dipertimbangkan dari sisi harga, kehalalan, dan keotentikan menu lokal.

72 persen Muslim milenial memilih perjalanan independen karena fleksibel. Melek teknologi membuat mereka percaya diri dan nyaman merencanakan perjalanan sendiri melalui kanal daring. Mereka butuh waktu persiapan antara satu hingga enam bulan.

Destinasi yang paling banyak dikunjungi oleh Muslim milenial adalah Malaysia, Indonesia, Jepang, Thailand, Australia, Singapura, Uni Emirat Arab, Inggris, Amerika Serikat dan India.

CEO CrescentRating & HalalTrip Fazal Bahardeen menyampaikan, MMTR2017 memberikan wawasan bagi para pemangku kepentingan tentang pasar wisatawan Muslim milenial yang berkembang pesat dan memiliki pengaruh yang semakin besar. Laporan ini juga memuat informasi peluang-peluang tren global.

Pasar wisatawan Muslim mengalami perkembangan pesat sebagai sebuah segmen yang sangat menguntungkan bagi pariwisata kontemporer. Apalagi komunitas Muslim akan memasuki fase puncak pendapatan, pengeluaran, dan perjalanan dalam lima hingga 10 tahun ke depan.

''Saat ini pasar wisata Muslim mungkin masih dianggap kecil, tapi pengeluaran Muslim milenial untuk wisata akan mencapai lebih dari 100 miliar dolar AS pada 2025,'' ungkap Fazal dalam keterangan tertulis kepada Republika.co.id, Sabtu (4/11).

CrescentRating memperkirakan bahwa lebih dari 30 persen wisatawan Muslim pada 2016 merupakan kaum milenial dan 30 persen lainnya merupakan Generasi Z, yakni kelompok demografis setelah kaum milenial. Dengan 121 juta wisatawan Muslim internasional, lebih dari 72 juta wisatawan Muslim merupakan generasi milenial ataupun Generasi Z.

Berdasarkan (MMTR2017) pula, Muslim milenial Arab Saudi, Malaysia dan Turki merupakan pasar perjalanan outbound terbesar di antara negara-negara anggota Oganisasi Kerja sama Islam (OIC). Jerman, Rusia dan India berada di posisi tiga teratas untuk pasar perjalanan outbound Muslim milenial non-OIC.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement