Senin 23 Oct 2017 15:45 WIB

Petani Bawang Merah Diminta Tekan Biaya Produksi

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Nidia Zuraya
Petani Bawang Merah (Ilustrasi)
Foto: Antara
Petani Bawang Merah (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Anjloknya harga bawang merah di tingkat petani di Kabupaten Cirebon membuat mereka tak bisa mengembalikan modal yang telah dikeluarkan. Dinas Pertanian setempat pun mengimbau mereka untuk mengurangi biaya produksi.

"Mengurangi biaya produksi bisa dengan cara mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida berlebih.Gunakan secukupnya saja," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon Ali Efendi, Senin (23/10).

Ali menilai, saat ini para petani di Kabupaten Cirebon kerap menggunakan pupuk dan pestisida secara berlebihan. Selain tidak baik bagi tanaman, hal itu juga membuat biaya produksi jadi lebih meningkat.

Ali menyebutkan, biaya tanam bawang merah rata-rata sekitar Rp 80 juta per hektare. Namun, akibat penggunaan pupuk dan pestisida berlebih, modalnya menjadi lebih dari Rp 100 juta per hektare.

Terkait anjloknya harga bawang merah di tingkat petani di Kabupaten Cirebon, Ali mengakuinya. Dia mengatakan, anjloknya harga itu tak sesuai dengan modal yang telah dikeluarkan.

"Jadi saat ini produksi bawang merah tinggi, tapi pemasarannya kurang. Bahkan ada juga bawang dari daerah lain yang justru masuk ke Cirebon," tuturnya.

Ali menyebutkan, luas areal tanaman bawang merah di Kabupaten Cirebon mencapai 4.000 hektare. Dari jumlah itu, luas areal yang sedang panen secara bersamaan ada sekitar 400 hektare. Adapun produksiny amencapai sekitar sepuluh ton per hektare.

Salah seorang petani bawang merah asal Kecamatan Pabedilan, Rois menyatakan, untuk membuka lahan baru, modal tanam yang harus dikeluarkan mencapai sekitar Rp 100 juta. Selain untuk pupuk, modal tanam juga diguanakan untuk pengolahan tanah, pestisida, pupuk dan upah pekerja.

"Paling banyak modal untuk membeli bibit," kata Rois.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement